Tentang Kuat-Kuatan

Sudah beberapa hari ini saya merasa hilang arah. Padahal sudah ada Google Maps, udah ada Waze, harusnya udah gak zaman lagi buat acara nyasar. Huah, nggak deng.

Ini semua diawali dari awal semester ini, saat saya resmi jadi mahasiswa tingkat akhir. Teman-teman pada sibuk membicarakan tentang apa yang menjadi bahan tugas akhir mereka. Saya termasuk pada golongan orang-orang yang belum tahu mau bikin TA yang seperti apa, tetapi yang jelas saya tidak mau membuat TA yang biasa-biasa saja. Saya mau membuat sebuah tugas akhir yang benar-benar bisa mengakhiri suatu masalah atau menjadi awal sesuatu yang besar. Saya tidak mau investasi banyak waktu buat sesuatu yang pada akhirnya hanya menjadi ganjalan pintu.

Lalu, kegalauan yang melanda saya ini tidak berakhir di topik tugas akhir saja. Sialnya, hal itu menjadi awal dari kegalauan yang lebih besar, apa yang mau saya lakukan habis lulus kuliah? Nih ya, biar kebayang, ini tuh rasanya bagaikan rasa gatal di punggungmu, ingin kau garuk, tapi sayangnya tak terjangkau tangan. Saya tahu kalau saya ingin melakukan sesuatu yang berguna, sesuatu yang menciptakan dampak bagi orang-orang, tapi gimana caranya? Dengan apa saya bisa sampai di sana?

Saya pun mulai mencari tahu. Awalnya, saya berniat mau benchmarking pada apa yang beberapa teman saya lakukan untuk mencapai mimpi mereka, yaitu berpegang teguh pada passion. Ada yang menekuni bidang keorganisasian, jadi ketua organisasi ini itu, soalnya dia ingin kerja jadi seorang manager. Jadi, dengan ikutan organisasi, nantinya dia bisa lebih mudah jika harus berhadapan dengan orang-orang yang beragam sifatnya dan memang dia senang mengorganisasi orang-orang. Ada juga yang tiap harinya ngoprek kamera, soalnya dia mau memajukan perfilman Indonesia. Nah, passion saya apa, ya?

Setelah membuat daftar kegiatan kesukaan yang saya lakukan sehari-hari, tetap saja, saya tidak bisa menemukan sebuah jawaban. Masalahnya, banyak yang saya suka. Dari kecil saya senang menggambar, tapi hasilnya sih standar. Saat SMP, saya mulai suka menulis blog dan mengarang cerita. Makanya, dari tulisan di blog saya banyak bumbunya. Fakta dari kehidupan saya sehari-hari yang sebenernya nggak begitu bergejolak, jadi banyak klimaksnya dari konflik yang dibikin sendiri. Salah satunya ini, di dunia ini banyak copet. Tapi, kenapa saya harus (hampir) dicopet sama duo copet homo? Oh iya, kegemaran saya ngarang cerita ini sampai bikin saya memberanikan diri buat jadi scriptwriter teater genre komedi bareng Pradit. Wih, rasanya seneng banget deh waktu itu pas denger satu gedung Trans City Theatre ketawa pecah.

Saya juga pernah ingin jadi atlet softball nasional kalau udah besar, soalnya di SMP itu saya ikutan ekstrakurikuler softball. Udah pernah ikutan Kejuaraan Nasional Softball Junior juga dua kali. Tapi, saya nggak suka lari walaupun sebenernya saya kuat lari. Soalnya selama lari itu yang paling sering kepikiran cuma satu, “aduh kayaknya ini bentar lagi mau pingsan kan gak lucu.” Gak kuat lari karena sugesti buruk tentang kondisi diri sendiri. Ciyan.

Awal kuliah, saya mulai suka desain mendesain. Pertamanya, supaya tugas kuliah keliatan tambah bagus. Saya percaya di dunia ini masih banyak yang masih nge-judge a book by its cover, soalnya saya juga sering beli buku karena tampilan bukunya keliatan keren hahaha. Terus, kecintaan saya sama desain makin bertambah saat di tingkat dua kuliah. Nggak cuma desain report aja, tapi desain produk juga, UNICA The Stirring Mug dan Cucchiaio.

Banyak banget yang aku suka, deh. Kebanyakan malah. Terlalu mengimplementasikan motto hidup “Contagious Enthusiasm” nih kayaknya, sampai-sampai habis baru nyoba satu hal baru terus langsung suka. Terus, ujung-ujungnya yang dulu suka, jadi nggak diasah lagi soalnya ketutupan suka yang baru. Advertising? Suka banget. Saya suka mikir ide yang macem-macem soalnya, walaupun jalan pikirannya kurang berstruktur, gak runut, lompat-lompat. Videografi juga suka, tapi nggak jago-jago amat. Fotografi juga suka, tapi nggak jago-jago amat. Banyak yang saya suka tapi nggak jago-jago amat. Gimana dong?

“You cannot be anything you want to be—but you can be a lot more of who you already are.”

– Tom Rath in Strengths Finder 2.0

Sungguh, kalimat di atas adalah sebuah pencerahan untuk saya, orang yang suka membuka banyak pilihan kemungkinan. Dengan ini, tereliminasi sudah beberapa hal yang mungkin bisa saya tekuni. Saya sudah bisa membuat batas untuk hal-hal yang saya yakin nggak bakalan jadi apa-apa kalau saya coba terus karena emang gak bakat, nggak akan bisa jago di situ. “Focus on your strength“, kalau kata Ko Yansen di Ziliun.

Oke! Saya langsung ngubek-ngubek nyari jawaban, “apa kekuatan saya?” Saya udah nyari dari sisi psikologi, mulai dari ikutan tes DISC, tes Emotional Intelligence, analisis grafologi, sampai tes-tes yang ada di internet dan kuis personality di Facebook. Saya ENFP kalau kata website 16Personality (kalian harus cobain tes ini, hasilnya mengejutkan, sekaligus mengesalkan karena dia lebih tahu diri saya dari saya sendiri. Kalau kata buku Strengths Finder 2.0, lima kekuatan utama saya itu adalah Connectedness, Ideation, Input, Adaptability, dan Positivity.

Tapi tetep aja masih nggak kebayang, saya harusnya ngapain sih? Dari hasil-hasil tersebut, saya baru tahu dari segi “infrastruktur”-nya doang. Mau nyari tahu sendiri tentang bakat yang saya punya dan mengafirmasi bakat tersebut, takut jatuhnya jadi kegeeran. Kalian nggak mau temenan sama orang yang suka kegeeran kan? 

Nah, sekarang aya mau ngasih satu definisi nih. Kalau kita mau nge-assess Brand equity, overall value dari sebuah merek, salah satu yang harus kita cek tuh Perceived quality. Berdasarkan Aaker (1991), Perceived quality adalah “the customer’s perception of the overall quality or superiority of a product or service with respect to its intended purpose, relative to alternatives“.

Intinya, saya bikin post ini tuh saya mau bertanya sama kalian, biar gak bikin-bikin tebakan sendiri terus kegeeran sendiri. Saya pengen tau persepsi kalian tentang sebuah produk Tuhan yang namanya Dhila. Dengan cara apa sih saya bisa berguna? Menurut kalian, saya punya bakat dan jago di bidang apa?

Iya, ini beneran nanya, loh. Bukannya desperate, tapi, saya udah gak kuat lagi..(apa coba).

Saya berharap teman-teman sekalian mau meluangkan waktu untuk memberikan saran dan kritik yang membangun. Saya nggak kuat dikritik sih, tapi saya pengen bangun (?) Sungguh, itu akan sangat-sangat membantu saya dalam membangun hidup, membantu dalam memilih kendaraan untuk mencapai tujuan hidup.

Akhir kata, “hayoloh, kepikiran buat cari tau strength kalian apa, kan?” Hehe.

***

Terlepas dari bakat gak bakat, saya mau bikin pernyataan (lagi) kalau saya akan jago ngomong di hadapan banyak orang. Jago public speaking! (Silakan amin-kan di sini.)


Posted

in

by

Comments

3 responses to “Tentang Kuat-Kuatan”

  1. Carissa Avatar

    Amiin dhila. kalo menurut gue dhila jago kok videografinya, trus jago bikin auto-awesome yg kece badaiii, tapi yg paling nonjol adalah personal brandingnya! Go dhila

  2.  Avatar
    Anonymous

    Hahaha asli bkin pnsrn sm diri sndri, seems like Dhila jago d bidang berkaitan tntg kreativitas. Jd mungkin tim ide kreatif salah satu opsi (bs dbuat start-up tuh) lol krna nglyt dr desain slma ini, tulisan d blog, video wkt itu, dll. untuk ukuran org yg bukan majoring design dll itu nunjukin potensi dhila

  3. Ilman Dzikri Avatar

    Kalo pengen tau nanti jadi apa, jangan tanya Susan. Lepasin diri kamu dari kungkungan “tes kepribadian” dan sejenisnya. Biarkan diri kamu memilih cita-cita kamu tanpa pikiran bahwa kamu cocok/gak cocok di suatu bidang. Bayangkan di mana kamu pengen berada pada 10, 20, dan 30 tahun dari sekarang dan lagi ngapain. Abis ikutin fase-fase itu, barulah arahin apa yang kamu punya sekarang untuk mencapai “finish line” yang udah kamu tentuin tadi.

    Untuk masalah bakat, sialnya menurut saya, kamu memang punya banyak bakat, salahsatunya bakat belajar. Artinya, kamu bisa apa aja kalo emang mau.

    Petunjuk terakhir, biasanya yg kita cari jauh-jauh itu jawabannya ada sangat dekat sama kita. Lihat ke dalam diri Dhila, gak usah nyari ke luar.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *