Dari Awang-Awang, Sekarang Bisa Dipegang

Yo, kawan-kawan. Ini lah benda yang selama beberapa bulan ini banyak menyita waktu dan pikiran saya, untung saja harkat dan martabat saya tidak ikut disita. Benda ini bukan sekadar benda. Ini adalah mug. Mug itu rekan sejawatnya gelas, sama-sama dipakai buat minum. Sebelum dipakai minum, dipakai untuk menaruh minumannya dulu. Nah, yang ini nggak cuma buat itu. Ibaratnya Hulk, dari manusia bisa berubah jadi monster hijau bercelana ketat (yang saya heran kenapa nggak robek-robek), nah, mug ini mengalami mutanisasi. Mutanisasi! Nggak mutanisasi juga sih, itu saya pakai kata itu supaya ada efek penolakan, efek pemicu kontroversi, yang bikin kalian yang membaca merasa terganggu “apaan sih, Dhila sok-sok ibarat-ibarat tapi pengibaratannya minta didebat”. Biasanya hal yang kontroversial itu mudah diingat kan? Iya in aja deh, biar cepet.

UNICA (nama mugnya) kami mekanisasi sehingga mug canggih yang pertama hadir di dunia ini (maksudnya UNICA) bisa mengaduk minuman yang dibikin, tanpa perlu pakai sendok! Ataupun pakai bekas bungkus kemasan kopi sachetan yang baru dibeli di toko grosiran (grosiran banget nih? yang penting it rhymes!). Asyik? Tentu, beban hidup kita berkurang, dong.

Ada satu hal yang saya sadari saat saya dalam keadaan setengah sadar. Semua kegiatan yang berbau “pencarian” adalah hal yang melelahkan. Mulai dari pencarian jati diri, pencarian kekasih hati, sampai yang paling bikin mau mati, pencarian sendok (maaf, yang ini tidak berima, saya tidak menemukan kata berakhiran ‘i’ yang bisa menyubtitusi kata sendok).

Seandainya kegiatan cari-mencari ini bisa diminimalisasi, bayangkan betapa bahagianya hidup ini! Kalau misalnya Sherina bisa senang hingga berkata “betapa bahagianya” hanya karena punya banyak teman (beneran Sherina bilang gitu, lihat ini), terus ini adalah indikasi bahwa kita pun bisa berkata “betapa bahagianya” juga. Terus kalian akan bilang “ini maksudnya apa?” setelah membaca lagi kalimat yang saya tulis sebelumnya yang tidak menuju ke mana-mana. Saya lagi ingin bahas Sherina aja, jadi saya kait-kaitkan. Sudah ya, jangan pikirkan isi paragraf ini lebih lanjut, saya bingung mau menyuntingnya, saya juga tidak mau menghapusnya. Saya sedang sensi. Sensi ada di Jakarta. Oh, itu Senayan Siti. Senayang City. Cenayang Sakty.

Intinya, jika kegiatan cari-mencari ini dalam salah satu elemen kehidupan yang kita hadapi sehari-hari bisa di-cut, berarti kamu udah bisa lanjut melakukan hal yang lainnya, dong! You can be one step ahead from people around you!

Dengan UNICA, kamu bisa mulai duluan menata hidup kamu menjadi lebih baik, sementara yang lain masih nyari-nyari sendok buat ngaduk minuman mereka, terus habis itu mereka baru mulai bisa mikir hal lain, menata hidup misalnya, selain mikirin “mana sendok gue, kampret”.

Itu dulu sih penjelasan singkatnya tentang hal yang menyita waktu dan pikiran saya, yang untung hingga saat saya sampai ke paragraf ini pun harkat dan martabat saya masih utuh, tidak disita siapa-siapa. Lengkap, sama seperti keadaan saya menulis paragraf pertama.

Yang kalian lihat dari videonya itu adalah dokumentasi dari acara eksibisi pertama yang UNICA ikuti. Belum mulai jual-jual sih, masih mengetes desain dulu, mana yang paling disukai pasar, terus menggali komentar mereka saat mencoba UNICA. Buat launchingnya, mudah-mudahan di pertengahan bulan Januari. Aamiin.

Oh, iya, just let me know if you’re interested or want to know more about UNICA. Masih rahasia sih. Tapi karena terlanjur saya tulis di sini statusnya berubah, menjadi “rahasia umum”. Asyik kan tuh, jadi rahasia umum, bro! Toilet aja ada toilet umum kan.

Terakhir nih, saya mau curhat. Lewat foto aja tapi, ya. Ini kata-kata yang saya buat untuk menohok diri saya sendiri. Itung-itung motivasi.

Curhat Gelas


Posted

in

by

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *