Terbangun dari dinginnya angin pagi yang disirkulasikan oleh kipas angin doorprize ‘hadiah pintu’ dari reuni SMA-nya mama. Sebenarnya sih gak ada angin yang masuk kamar saya. Lalu, apa dong yang masuk ke kamar saya? Tidak ada yang tahu, tetapi Allah yang Mahatahu atas segalanya.
Selimut telah menghangatkan saya semalaman hingga dini hari. Walaupun selimut saya tidak dapat menghangatkan makanan, selimut tetap saya hargai. Selimutku adalah bagian hidupku dari dulu hingga kini. Tanpa selimut, saya akan didera masuk angin abadi. Dikerok pake koin setiap hari. Saya kan bukan voucher pulsa fisik. Saya butuh kehidupan yang manusiawi. Bukan kehidupan alat tulis atau stationery. Ada apa ini. Tidak nyambung sekali. Maafkan diri saya yang hina dan lucu ini.
Ngulet di atas kasur adalah kegiatan yang lumayan saya sukai. Setelah ngulet, tulang tuh rasanya lebih enak dan lebih sakti. Saya tidak pernah makan ayam goreng habis sampai ke tulangnya, sih.
Setelah nyawa terkumpul dalam waktu beberapa menit, tadinya dari butiran debu makanya lama dikumpulinnya, mana ketiup kipas angin, akhirnya saya pun mulai melangkah. Tidak harus melangkah ke kehidupan baru, ke luar kamar saja bagi saya itu baby baby cukuplah sudah.
Hanya untuk menyambung nyawa saja kok. Makan sahur.
Leave a Reply