3 Juli 2009
Hari Rabu kemarin saya diakupuntur lo!
Padahal harusnya hari Selasa juga bisa diakupuntur, tapi karena setelah nyampe ke tempatnya nyali saya ciut, dan bilang nanti saja karena ngga bawa hasil rontgent dan beribu macam alasan, maka ditundalah pengobatan akupunturnya dan datang lagi keesokan harinya.
Saya berobat akupuntur di Jalan Moch. Toha, kurang lebih 100 m dari PT. Inti, tepat di depan Honda Amarta. Nama dokternya, Dokter Bana. Dokter Bana memakai kacamata. Ruang tunggunya di buka mulai dari jam 14.oo, nah jam segitu orang biasanya udah pada dateng, menomori diri sendiri urutan mereka datang untuk didaftarkan jam 15.30 atau 16.00, ada dua jenis antrian, satu antrian Akupuntur/Tusuk Jarum dan satu lagi Suntik/Periksa. Oh iya, akupuntur ini juga bisa untuk kecantikan, juga menurunkan berat badan.
Jadi, hari Rabu setelah selesai latihan dan pergi ke sekolah untuk cap tiga jari, saya balik lagi ke Lodaya. Lalu dari sana saya bersama Aa, pelatih softball, pergi menuju Moch. Toha menggunakan angkot. Asalnya mau naik bis jurusan Dipatiukur-Jatinangor dari depan Hotel Horison, tapi karena bisnya tak kunjung datang, jadinya naik angkot.
Sampainya di sana, ditanyain ibu ibu yang merupakan pasien Dokter Bana juga dan sepertinya sudah rutin datang ke klinik itu dan sepertinya juga bagi beliau klinik Dokter Bana merupakan rumah ketiga beliau setelah sekolah yang kata bapak kepala sekolah bahwa sekolah adalah rumah kedua, menomori kami di urutan ke 8. Lalu kami pamit sebentar, mau makan dulu, jadi nomernya ga disabet orang lain.
Kami makan di dekat PT. Inti, depan Lapangan Tegallega. Aa makan pepes ayam, 2 teh botol dan 1 es jeruk, saya makan ayam goreng dan 1 teh botol. Setelah selesai makan, saya mendapatkan satu pengalaman baru, bahwa rasa pepes ayam itu hampir sama atau memang sama rasanya sama pepes ikan. Ternyata di mana-mana rasa makanan yang di pepes itu hampir serupa, hanya beda tekstur dari apa pepes itu dibuat. Pepes harus dibungkus daun pisang, dan pepes warnanya kuning, sekuning warna partai Golkar.
Selesai makan, balik lagi ke klinik. Dan ternyata di ruang tunggu sudah penuh dengan orang. Jadinya nunggu di luar. Saat itu pukul 15.00 kalau tidak salah. Setengah jam kemudian di data urutan nomernya, 5 orang dipanggil ke dalam, dan kami pun bisa duduk di ruang tunggu, menganggu para lansia yang ingin berobat, menghancurkan pintu dan menyiram ruangan tunggu dengan air yang bersumber tidak dari Gunung Salak, tapi dari kamar mandi. Tapi boong.
Melalui detik demi detik dengan perasaan gelisah tak menentu, memikirkan berapa banyak tusukan jarum yang akan mendarat di pinggang dan punggung saya. Mana Aa nakut-nakutin lagi bilang kalo jarumnya itu dilempar terus kena pipi, kalo ketawa bisa bisa masuk ke mulut.
Lalu, sekitar pukul 17.oo, nama saya dipanggil. Masuk ke ruangan. Ruangan itu di sekat sekat ada 5 sekat. Aa ngasih hasil rontgent ke dokternya dan kemudian 3 lembar rontgent itu dilihat dengan cepat, lebih cepat dari nenek nenek lari dari Sabang sampai Merauke. Dan analisisnya sama, otot pinggang sebelah kiri itu tegang sampai narik tulangnya, jadi tulangnya itu kurang bengkok ke arah yang seharusnya.
Akhirnya,
CLEP!
Satu tusukan jarum akupuntur sepanjang 10 cm mendarat di pinggang saya. Rasanya linu. Mana jarumnya diputer-puter lagi, jadi lambah linu. Dan setelah dicabut, selesai. Pengobatan akupuntur udah selesai. Dokter itu memberi resep, juga satu kertas bergambar orang yang berisi langkah-langkah senam punggung.
Udah gitu, naik bis Jatinangor-Dipatiukur deh. Turun di dipatiukur, naik angkot riung-dago terus beli susu murni sama nasi goreng soalnya Aa udah janji mau beliin pas tadi di akupuntur.
Oh iya, final season hari Minggu. Tim saya, Rusa Hitam B, melawan Gorgeous. Doakan biar sembuh ya pinggangnya terus menang tandingnya!
Ruang Tunggu Klinik Dokter Bana
Update: 5 Februari 2018
Halo semuanya! Sudah 9 tahun berlalu semenjak saya sakit pinggang. Jadi, apa yang terjadi nih, sembuh nggak?
Setelah kunjungan pertama saya ke sana, saya merasa optimis akan sembuh jika dilakukan secara rutin, baik itu terapi akupuntur dan juga senam punggung yang disarankan Dokter Bana. Soalnya hopeless gitu udah coba pijit dan terapi yang disinarin gitu tuh kayak gak mempan aja.
Selama tiga bulan setiap minggu atau dua minggu sekali (lupa frekuensinya) saya rutin bolak-balik. Terus ya, bagian menariknya, gak cuma ditusuk jarum, di pertemuan selanjut-selanjutnya tuh jarumnya dialiri listrik! Hahaha, ini sih definisi beneran namanya merinding disko.
Alhamdulillah, berangsur-angsur sakitnya menghilang dan hari ini, saya masih rutin main softball!
Kenapa postingan ini tiba-tiba di-update lagi? Soalnya kemarin gak sengaja lihat beliau lagi belanja di Riau Junction! Belanjaannya sehat-sehat banget loh! Ada minuman jahe merah, sayur-sayuran, saripati ayam, susu. Terus, saya inget deh postingan saya 9 tahun yang lalu ini.
Semoga sehat selalu, Dokter Bana.
Leave a Reply