Jalan Tamim, Penuh Konflik, Asa dan Dia Tak Berdaya

dsc0365312 Desember 2008, sebelum latihan.

Ini dia!!! Jalan Tamim, yang deket Pasar Baru. Kalo Jalan Tamam ada di belakang pasar lama.

Untuk apa gw ama Icha pergi ke tempat ini? Karena yang tak lain dan tak bukan hanya untuk membeli kain. Kain? Kafan kah? Oh tentu saja iya tidak. Kami berdua, menjalin cinta beli kain katun. Tentunya yang 100% cotton, biar adem bener! Tak lupa, kita beli kain abutai. Hah?! Maksud lo? Kain yang dibuat dari abu kremasi terus diberi sentuhan tai? Apa jawaban kami? Bukan. Kain abutai adalah kain yang tipis, mirip kayak kain mukena yang bahannya parasit. Buat dijait di daleman tas yang bakalan kami buat dari kain. Oh iya, gw dan Icha beli 2 meter kain flanel, yang beda” gambarnya setiap 1 meter. Aduh ribet. Maksudnya, 1 meter gambarnya kelinci, terus beli 1 meter lagi gambarnya snoopy warna dasarnya item. Terus yang katun buat apa? Buat di tie-dye doong, terus dijadiin tas yang lucu juga menarik.

Lalu, mengapa judul post ini adalah “Jalan Tamim, Penuh Konflik, Asa dan Tak Berdaya”? Karena, di jalan ini, kami menemukan 2 fakta, yang kami jadikan moral dari kehidupan kita di alam dunia. Karena akhirnya kita akan menemui alam akhirat. Dan dosa dosa kita akan ditimbang. AKH! Stop. Aku kan jadi takyut. Makanya kita harus goyaaang, duyu.. Dan 2 moral yang merupakan fakta berikut adalah:

  1. 78% penjual kain, umumnya sangar” dan menyeramkan. Entah karena sudah biasa ditawar” harga kainnya sama orang, lalu mereka bertindak anarkis supaya ngga ditawar, menjadikan sifat mereka keras terhadap orang lain kah, atau karena ada seminar atau workshop yang mengajari mereka basic-basic menjadi penjual kain harus lah sangar? Kalau anda adalah penjual kain, berusahalah agar menjadi 22% yang baik dan menyenangkan.
  2. Jangan mau berbisnis dan mempercayai dengan orang yang tak dikenal. Sebab, saat kami beli kain di sebuah toko, ada ibu” penjual kain, yang sepertinya pemilik toko curhat ke pembeli yang membeli dalam partai besar. Dan merupakan pegawai di Partai PDIP. Dari yang tertangkap pendengaran gw kayak gini,

(bapak pegawai memasuki toko, memberikan buku tabungan tahapan BCA kepada ibu” kribo atas yang merupakan pemilik toko, menurut gw.)

Ibu kribo: “Udah ditransfer belum?”

Bapak pegawai: “Belum.”

Ibu kribo: “Euh. Dari lebaran kemarin udah saya tungguin, pas ditanya katanya iyah iyah nanti ditransfer abis lebaran, ehh tidak sampai-sampai.”

Pembeli: “Makanya, jangan percaya sama orang yang ngga terlalu dipercaya beli kain dalam partai besar pake bon. Harusnya kontan.” (perhatian: orang ini membeli kain dalam partai besar kontan)

Ibu kribo: “Iya yah. Kapok saya, meuni keuheul pisan.” (perhatian: ibu kribo ini orang chinese) emangnya ga boleh orang chinese ngomong basa sunda?

Pembeli: “Perusahaan saya juga rugi 80 juta.”

Dan kami pun beranjak pergi dari toko itu.


Posted

in

by

Comments

3 responses to “Jalan Tamim, Penuh Konflik, Asa dan Dia Tak Berdaya”

  1. aldi Avatar

    hahaha adad ada wae , kalo pribadi sya si jalan tamim tuh tmpat bermain bola di waktu malam hari bersama tetangga , dstu enak jalan.a sepi kalo malem malem haha

  2. dhila Avatar
    dhila

    wah wah ahahaaha iya ya rame juga main bola kan lagi world cup

  3. azizah Avatar
    azizah

    Tamim padet banget skrg yaaa.. kalo siang susah nyari parkirnya euy.. kalo kain katun, di fesbuk ada juga yg jual kain katun dengan harga yang murah alias miring. nama facebooknya Rumah Katun Babana. lumayan, kalo lg males banget keluar rumah..

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *