Merakit Bait Saat Jatuh Sakit

Karena jarang sakit, begitu kena, jadi bingung apa yang harus dilakukan. Buka laptop mau ngerjain kerjaan, eh mata perih. Baca buku, eh tangannya pegel. Mau tidur, ga biasa tidur kelamaan, pasti pusing bawaannya. Tapi, memilih gak ngapa-ngapain tuh kayak salah saja gitu. Ga ngapa-ngapain itu bukan pilihan.

Eh, eh! Ini dia saat terbaik mempraktikkan Stoicism dan Logotherapy.

Oke, oke, apa makna dari kejadian jatuh sakit kali ini, ya. Hmm, karena jarang sakit, harus kugali perasaanku saat sakit deh. Biar nanti pas sehat, beryukurnya jadi berkali-kali lipat. Kalau lagi kangen sakit, ada artefak yang bisa mengungkit. Mari menulis puisi!

Mencari inspirasi, kubaca kumpulan puisi W.S. Rendra dari buku yang judulnya “Puisi-Puisi Cinta”. Wah, suka! Tak hanya pada tutur katanya, tapi juga perjalanan hidupnya (kalian harus baca biografi di bagian belakang bukunya!)

Lalu, dua puisi di bawah ini lah jadinya.

Gimana?

“Gimana apanya?” tanyamu.

Puisinya, bagus tidak?

“Bagus tidak bagus itu bagaimana menilainya? Bagiku, ini tentang kesesuaian hati. Itu saja,” ujarmu.

Oh, ya?

“Mamaneh we lah.” Dan kau pun melengos pergi.

***

Meriang dan Tumbang

sudah ada pertanda
dari dua hari kemarin
namun kuabaikan

akhirnya,
badanku marah besar pagi ini
“jangan kamu coba-coba untuk berdiri!”

Bandung, 2018

Sakit, Payah

kupayah dalam hal sakit
jarang terkena soalnya
sekalinya iya, besok atau lusa
sudah kembali seperti semula
amatiran lah pokoknya

pagi ini kumeriang
bingung sulit bangun
tak dapat beranjak dari ranjang
payah lah pokoknya

aku sakit payah

Bandung, 2018


Posted

in

by

Tags:

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *