Saya Sudah Donor Darah!

Assalamualaikum!

Dengan bangga saya bilang kalau saya sudah donor darah! Woohooo! Keren banget. Setidaknya bagi saya. Donor darah itu udah jadi cita-cita saya sejak dahulu kala. Tepatnya semenjak saya membuat nazar kalau saya masuk SBM ITB, saya mau donor darah. Ya, itu salah satu poin dari beberapa poin yang saya buat dalam nazar saya. Sayangnya sudah dua kali saya ditolak. Pertama kali ditolak itu karena berat badan saya kurang, harusnya 47 kg. Kedua, tekanan darah saya kurang. Katanya harus tidur yang cukup, minimal 5 jam, sebelum donor darah.

Tapi, kemarin ini, tepatnya tanggal 4 Juni 2013, adalah hari yang bersejarah. Menyumbangkan darah tanpa harus berdarah-darah. Tanpa harus marah-marah. Pakai kipas supaya gak gerah. Sekitar pukul 2 siang, saya diantar oleh Evita menuju kantor PMI di jalan Aceh. Soalnya kalau sendirian, naik motor misalnya, bisa-bisa darah yang disumbangkan itu saya pakai sendiri lagi. Tahu kan maksudnya?

Agak gegabah memang, mengingat nanti ada kelas Management Practice pada pukul 3. Saya belum tahu bagaimana keadaan tubuh saya setelah donor darah nanti. Katanya orang habis donor darah itu harus duduk-duduk dulu, istirahat, jangan langsung beraktivitas seperti biasa, takutnya gak kuat, terus pingsan. Agak panik kan? Apalagi Evita. Dia yang ngangkut saya kalau saya pingsan soalnya. Tapi, Dhila pasti kuat kok. Nahan ngantuk pas lagi kuliah marketing aja kuat, walaupun pernah sekali akhirnya nyerah, keluar auditorium dan tidur di tutorial selama 10 menit.

Nah, sekarang kembali ke topik utama kita, mari bahas tahapan-tahapan donor darah yang saya lalui!

Tahapan pertama yang harus dilalui adalah mengisi form. Form ini berisi pertanyaan-pertanyaan dasar tentang kita dan sejarah kesehatan kita gitu. Pertanyaannya itu doang, bukan matematika dasar. Kalau pun misalnya pertanyaannya tentang matematika dasar, hm, ya gak mungkin sih. Tapi, apa sih yang gak mungkin?

Tahapan kedua itu pemeriksaan oleh dokter. Ditanya-tanya, kamu boong gak pas ngisi form yang tadi diisi. Mata saya ditatap dalam-dalam, siapa tahu saya bohong, mungkin. Lalu, tekanan darahnya juga diperiksa. Terus dikasih wejangan deh, tentang apa yang harus dilakukan setelah donor darah. Mau nanya, apa yang harus saya lakukan dalam hidup saya juga sih sebenernya, siapa tahu dokternya juga tahu.

Tahapan ketiga, cek HB. Pakai jarum kecil gitu, cret! Jari manis saya yang udah ditusuk pake jarum kecil ini, dioles-olesin ke kartu golongan darah. Saya ternyata benar-benar bergolongan darah A rupanya. Lalu, HB saya 13,8 kata susternya. Saya mulai takut nih. Susternya agak jutek. Nanti yang ngambil darah saya jangan-jangan lebih jutek lagi. Baru juga gulung lengan baju, langsung ditojos pake jarum. Tapi kayanya sih enggak. Tapi, apa sih yang gak mungkin?

Tahapan keempat, cuci lengan. Deg-degannya makin degdegan. “Kalau kamu mau kabur, Dhil, ini satu-satunya kesempatan kamu!” Tidak. Saya tidak akan kabur. Lompat 12 meter dari tebing ke sungai aja berani, masa ditojos jarum gak berani? Loh, kapan saya lompat 12 meter ke sungai? Pas liburan di Yogyakarta kemarin. Nanti lagi deh, beda topik.

Tahapan keempat, milih kursi. Kursi buat donor darah. Sesuaikan sama lengan mana yang mau ditojos jarumnya. Saya pilih kursi dengan senderan untuk tangan kiri. Ya, ini dia kursi saya meregang nyawa saya. Lebay sih, tapi emang degdegan banget!

Tahapan kelima, disamperin suster. Lengan dipegang. Diolesin kapas beralkohol. Lengan saya diiket ke kursi, lehernya juga. Nggak deng. Lengannya diiket pake yang alat buat ngecek tekanan darah, terus dicari letak pembuluh darahnya.

Tahapan keenam. Tutup mata dan berdoa.

Tahapan ketujuh, tiba-tiba darah saya sudah mengalir ke kantong darah. Wih, sakitnya cuma segitu doang. Kata susternya sih kayak digigit semut, kalau kata saya sih rasanya kayak ditusuk jarum. Lalu, saya disuruh memegang bola pejal, terus diremas-remas, supaya aliran darahnya tambah deras gitu.

7

Tahapan kedelapan, cengar-cengir, karena rasanya diambil darah itu tidak seburuk yang dibayangkan.

Tahapan kesembilan, kantong darah sudah penuh. Selang darahnya dijepit, terus dipotong. Ujung selang kantong darah diikat, dan ujung selang yang masih tersambung dengan jarum yang menancap di lengan saya masih dijepit. Suster mengambil dua tabung kecil yang kosong, lalu darah saya dialirkan dari ujung selang yang tadi dijepit. Ngeliatnya kayak darah saya keluar dari keran air. Tabung yang satu penuh, selang dijepit, tabung yang satu lagi diletakkan di bawah selang, lalu selang dibuka jepitannya dan voila! Darah saya mengalir lagi ke dalam tabung itu. Panggil saya, Dhila si Dispenser Darah.

8

Tahapan kesepuluh, jarum dicabut. Lengan saya yang bolong bekas jarum tadi ditutup pakai kapas beralkohol lalu diplester. Serem, ya, pemilihan kata yang saya pilih? Lengan yang bolong. Jangan bayangin bolongnya itu segede lubang di perut Sundelbolong, ya. Salah lagi nampaknya pemilihan perbandingan yang saya pakai.

Tahapan kesebelas, duduk-duduk bentar, disamperin Evita, lalu setelah merasa siap, saya berdiri dan mulai berjalan. Jalannya pelan-pelan gitu supaya gak pingsan. Sebenernya agak excited gitu sih, saya bakalan pingsan gak ya? Rasanya pingsan itu seperti apa sih? Terus nanti bangun-bangun kan nanya gini, “aku di mana? ka..kalian siapa?” kayak di TV gitu.

Tahapan kedua belas, dikasih bingkisan! Jus jambu, suplemen multivitamin dan mineral, lalu….mie instan dalam kemasan cup. Rival saya selama ini, mie instan. Saya sudah lama menahan nafsu untuk makan mie instan. Saya sudah memegang teguh prinsip gak akan makan mie instan dan kini saya diberi mie instan. Saya harus tahan. Dan saya ternyata tahan. 9Tahapan ketiga belas, kembali ke SBM untuk kuliah, dan pamer lengan yang dipakai donor darah ke teman-teman.

Asyik, kan donor darah itu? Saya aja gak sabar nunggu tiga bulan lagi untuk kembali mendonorkan darah lagi! Ayo, teman-teman mari donor darah! Cuma sakit bentar kok 10 menitan kurang, tapi bisa membantu orang lain untuk memanjangkan usia orang lain sampai bertahun-tahun.


Posted

in

by

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *