Belanja Bulanan

Assalamualaikum!

Selamat malam kawan-kawan semua. Baik yang sedang senggang, yang sedang bosan, yang sedang menunggu, yang sedang dihadapkan pada pilihan hidup, atau mungkin ada juga yang sedang dikejar deadline skrip untuk Oddisey 2013. Oh, ya, yang terakhir itu Dhila.

Hari ini, pagi ini, saya bangun pagi loh. Biasanya habis shalat subuh kan tidur lagi, sampai setengah 8, tapi tadi jam 6 kurang, saya sudah mandi. Sudah lama rasanya tidak mandi sebelum jam 6. Terakhir itu… pas mau kuliah PTI. Hhhh… lagi-lagi PTI. Kalau kamu-kamu pernah baca tweet saya, bakalan tahu deh sekesel apa sama mata kuliah yang satu itu. Disumpahserapahi. Sampai-sampai ada karma. UAS PTI jatuh tepat di hari ulang tahun saya. Ya, ya, ya.

Ada apa nih, kok bangun pagi? Saya mau ikut mama anter Faiz ke sekolahnya yang berada nun jauh di belahan Bandung, yang buat ke sana tuh harus melewati kawasan padat penduduk dan motor berseliweran dengan cara nyetir yang “out of the box”, lain dari kebiasaan dan gak bisa ditebak motor-motor itu mau lewat mana. Ada kali, motor yang ngelewatin perut orang. Sekolah Faiz terletak di Arcamanik. Namanya Mutiara Bunda. Saya jadi bertanya-tanya, kenapa saya gak disekolahin di sana juga dulu. Saya disekolahin di sekolah negeri yang dinamai dengan angka. Jadi, cuma Faiz yang dianggap mutiara, ya. Ngerti Dhila sekarang, Ma, Pa.

Nggak deng.

Selama perjalanan menuju sekolahan Faiz, saya tak sadarkan diri. Entah kenapa bisa gak sadarkan diri. Apa karena kejeduk jendela mobil soalnya jalanan yang dilalui itu bikin badan terlonjak-lonjak saking banyak lubangnya? Apa karena ada malaikat yang mencabut nyawa Dhila untuk sementara? Apa karena ngantuk? Selidik punya selidik sih, kayaknya gak sadarkan diri akibat ngantuk. Fix itu.

Eh, Dhila kan mau bahas tentang belanja bulanan, ya? Suka kebiasaan ngelantur ke mana-mana sih. Kesel deh. Masa tadi mau nulis kalo tadi beli jaket baru buat liburan ke Jogja? Mana mau nulis kalau jaketnya itu bahannya  bersifat water repellant, warnanya oranye, dan super keren pula! Tuh kan, ketulis.

10Foto jaketnya ke-post juga.

Seharian tadi dihabiskan bersama Mama. Faiz terkurung di sekolah dalam rangka menuntut ilmu yang bagi dia itu hal wajib. Diwajibkan oleh negara, tepatnya. Wajib belajar 9 tahun. Faiz baru tahun ke-8.

Berhubung besok saya bakalan liburan ke Jogja sampai dengan hari Minggu, tentu ada beberapa kebutuhan yang perlu saya beli. Maka dari itu sekalian saja saya selenggarakan kegiatan Belanja Bulanan! Hore. Hore.

Bagi saya, belanja bulanan adalah momen-momen yang berharga. Momen saat kamu bisa ambil semuanya, tinggal tunjuk, tapi biasanya nunjuk itu ngelunjak namanya, harus ambil sendiri, masa Mama yang ngambil. Tapi, mungkin hal ini nggak berlaku buat anak kosan, ya. Hidup anak kosan itu berat. Lebih berat dari hidung yang paling berat di dunia.

Seringnya, momen berharga saya ini dipersulit oleh oknum tertentu. Oknum yang saya maksud di sini adalah adik saya sendiri, Faiz Muhammad. Kalau ada Faiz, saya jadi Tak Sebebas Merpati (yak, silakan sambil diputer lagu Kahitna-nya biar bisa menjiwai postingan ini). Baru aja ngambil satu barang di rak, pas ngebalik, trolinya udah gak ada. Faiz udah bawa kabur trolinya. Begitu juga dengan Mama. Hilang begitu saja. Bisa bayangkan betapa pedihnya perasaan saya? Bisa kah? Saya pun tak bisa, tak sanggup.

Saya harus cari-cari ke arah mana Faiz, Mama, dan trolinya berada. Namun, akhirnya saya sudah mulai bisa membaca alur perjalanan Faiz dalam mengambil cemilan dan belanjaan. Pertama, ke arah rak-rak biskuit dan coklat. Lalu, ke arah rak-rak snack ringan yang semacam keripik renyah kres-kres. Setelah itu, ke arah daerah minyak goreng, beras, pasta-pastaan. Terakhir, ke daerah minuman. Yap, strategimu sudah berhasil kubaca, Iz. Saya tak akan kehilangan arah lagi.

Tapi, tetep saja. Kecepatan Faiz dalam mengambil snack itu tak seperti yang kamu bisa bayangkan. Gerakan Faiz itu, ibarat gerakan refleks. Gak perlu lewat otak dulu, gak perlu mikir. Langsung aja ambil. Sedangkan saya? Ibarat orang mau prosesi pernikahan adat Jawa deh.

Maka dari itu, belanja bulanan hari ini terasa sangat menyenangkan. Troli saya yang dorong, cemilan saya yang pilih dan ambil sesukanya. Urutan ngambil barangnya juga terserah. Saya tadi ke daerah perlengkapan mandi dulu, beli shampoo. Asyik, deh! Mau bengong lama di depan rak biskuit juga gak masalah. Mama dan troli menunggu di belakang saya dengan setia. Dengan keleluasaan ini, saya bisa ambil satu jenis cemilan dengan jumlah banyak. Kalau ada Faiz sih, ya kali. Bawa sepuluh Pocky, muterin semua lorong, nyariin troli. Apa kata dunia! Orang-orang bisa mikir sebab pipi saya bisa segede…ehm, chubby aja deng, se-chubby itu gara-gara Pocky yang ada di tangan saya. Bisa-bisa Pocky jadi kambing hitamnya dan saya gak rela! Gak akan saya biarkan itu terjadi pada salah satu camilan favorit saya.

***

Eh, eh, ngomong-ngomong, mau tau gak, cemilan yang biasanya saya beli itu apa hayo? Yah, dengan baik hati, saya beberkan semuanya. Ini dia, cemilan favorit Dhila akhir-akhir ini, secara acak, bukan urutan.

1. Tao Kae Noi

9Snack rumput laut yang lezat dengan berbagai nutrisi baik yang berasal dari laut. Rasanya enak sekali! Seperti makan rumput laut. Saya makin terpikat sama snack ini setelah nonton film The Billionaire. Asinnya rumput laut ini, seasin keringat Itthipat Kulapongvanich, sang pemilik Tao Kae Noi, kayanya. Nikmatnya rumput laut ini berasal dari nikmatnya hasil perjuangan yang berbuah…asin. Jarang kayaknya ada rumput laut yang manis.

2. KitKat

3Ada break? Ada KitKat. Enak KitKat. Saya suka. Saya sebenarnya suka juga KitKat rasa Green Tea. Tapi gak sanggup beli. Nunggu ada yang ngasih oleh-oleh aja.

3. Walens Choco Soes

6

Saya pertama kali nyobain cemilan ini pas di Manado, pas lagi Kejurnas Junior Softball 2012 kemarin. Danti lagi makan ini di kamarnya. Kebetulan, saya ditawarin. Kalau nggak ditawarin sih, saya nggak akan makan kali ya. Saya kan nggak enakan gitu kalau urusan mau minta makanan punya orang. Minta makanan punya jin aja saya gak berani.

4. Kusuka

2Walaupun sering nyelip di antara gigi dan nusuk gusi, tetep aja bikin nagih! Kres-kresnya itu loh. Kunyah-able sekali. Aki aja mungkin bisa makan. Gak akan sakit kali ya, kan ngunyahnya pake gigi palsu, gusinya juga palsu, tapi Kusukanya asli, sih. Pokoknya, kusuka Kusuka, deh.

5. Super Ring

8

Saya masih TK dan tinggal di Batam saat pertama kali mencoba Super Ring ini. Sungguh snack yang menyipan banyak kenangan. Sebenarnya sempat ada jeda saya tidak bisa menemukan Super Ring di mana-mana. Baru makan lagi saat udah SD kelas 3 atau 4 gitu, ya? Lupa sih. Tetapi saya ingat bagaimana reaksi saya saat menemukan lagi Super Ring ini di pasaran. Langsung saya dekap dengan erat, seakan tak akan dilepaskan lagi dari pelukan. Lalu, saya robek bungkusnya dan segera saya kunyah isinya, rasanya masih sama. Untuk sesaat, cita rasa yang saya rasakan dalam mulut saya memanggil lagi ingatan-ingatan masa lalu. Tak terasa, air mata pun menetes. Tak terasa, saya terlalu mendramatisasi paragraf ini.

6. Pocky

7

Saya lupa, kenapa saya bisa makan Pocky. Yang saya ingat, saya sering sekali membawa Pocky ke sekolah saat saya duduk di kelas 9 SMP. Setiap istirahat, saya berbagi Pocky dengan teman-teman, walaupun sedikit gak rela. Tapi di sanalah pelajarannya. Pocky mengajarkan saya untuk menjadi anak yang tidak pelit untuk membagi camilannya.

7. Lemonia

4

Lemonia. Gigitan pertama mencoba Lemonia ini saat saya sedang bertanding softball. Waktu itu, sedang giliran offense. Agar kami-kami yang bermain ini tidak tegang, Kak Khansa, bagi-bagi Lemonia. Awalnya saya menolak. Saya keburu underestimate dengan makanan yang ada embel-embel lemonnya. Pasti asem. Ternyata, Lemonia rasanya manis. Nggak asem. Kalau pun asem, pasti kecampur keringat pas waktu itu sedang bertanding.

8. Loacker

1

Ini adalah salah satu snack yang nggak mampu saya beli kalau saya belanja seorang diri. Baru beli kalau ada Mama. Terima kasih, Ma.

9. Want Want Senbei

5Sebenernya, snack ini adalah snack yang paling menjerat lidah saya akhir-akhir ini. Makan tak lengkap tanpa ini. Persetan dengan kerupuk udang kalau sudah ada ini. Rasanya mantap, sudah menjadi jaminan pasti. Kalian harus coba ini sekali-sekali. Tapi saya yakin, kalian nggak mungkin cuma nyoba satu kali.

***

Menulisnya saja membuat saya merasa lapar, sangat kelaparan! Akhirnya saya minum Tolak Angin, sih. Soalnya lapernya jadi bikin saya, pengen makan. Kok malah minum Tolak Angin, Dhil? Soalnya orang pintar minum Tolak Angin. Tapi tetep aja sih, orang pinter yang lapar, ya, pasti makan. Ini berarti saya baru sampai tahap “Orang Pinter, ya, Minum Tolak Angin”.

Tadi siang, kami berbelanja di Yogya Riau Junction. Udah kebiasaan bagi kami untuk berbelanja di sana. Nah, setiap kali bayar kasirnya udah kebiasaan untuk nanya, “punya member Yogya-nya, Bu?” dan udah jadi kebiasan juga untuk Mama menjawab, “nggak, Mbak”. Karena muak dengan kebiasaan mereka, saya minta mama untuk membuat kartu member Yogya. Puji dan syukur saya panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, Mama sekarang udah jadi member Yogya. Saya mengubah pola transaksi Mama. Sekarang, tiap bayar jadi dapet diskon 10% deh. Kalau nggak salah, ya, belum nanya Mama sih, tapi kalau nggak salah kan berarti bener.

11

Sekian dulu, postingan saya kali ini. Saya harus kembali pada kenyataan. Saya harus bikin skrip. Saya harus bikin skrip. Saya harus bikin skrip. Ya, saya harus bikin skrip!

12

 

Wassalamualaikum, dari saya dan troli.


Posted

in

by

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *