Menginjak Tanah Lain

Assalamualaikum.

Saya ingin melaporkan bahwa saya baru saja berada di tempat yang belum pernah saya kunjungi. Belum pernah saya apa-apain. Emang saya suka ngapa-ngapain ya? Gitu deh. Saya sekarang sudah mendapatkan beberapa cap di bagian halaman visa paspor saya. Paspor saya, loh, bukan paspor yang nebeng sama orang tua. Dengan demikian, saya resmi telah memegang pegangan pintu di tiga negara. Indonesia, SIngapura, dan akhirnya, Malaysia. Inilah perjalanan di negeri lain yang saya bisa ingat benar-benar, mengingat memori saya di masa TK yang masih bisa saya putar ulang di ingatan secara jelas itu saat saya dijambak teman saya waktu TK, saat saya memakai topi Tersayang yang sedang booming pada zaman itu, saat mainan lego masak-masakan saya dipinjam teman padahal saya tidak rela, saat saya membangkang tidak mau memerankan ibu petani dan lebih memilih menjadi polisi bersama teman-teman laki-laki, dan saat saya meminum kuah sayur bayam yang rasanya sangat berkesan hingga sekarang, dan lain-lainnya hanya samar-samar.

Mungkin tidak bisa selamanya saya ingat, sih. Mungkin saja saat saya sudah lulus kuliah nanti, atau dua puluh tahun setelah liburan ini, saya yang di masa depan sudah hanya menyisakan ingatan yang samar-samar tentang apa yang saya alami di liburan kali ini. Maka dari itu, post ini sebagai pengingat untuk saya yang di masa depan. Sebenarnya sih, semua post yang saya tulis pun untuk mengingatkan pada diri saya yang di masa depan tentang asam manis kehidupan yang saya alami saat ini. Agar semua yang saya alami ini akan tetap mempunyai arti.

Liburan ke Malaysia ini akomodasinya hampir fully-supported oleh Uwa Winny dan Uwa Amin. Ajakan untuk berlibur ini tiba sebelum saya menjalani UTS kalau tidak salah. Kalau tidak salah, berarti benar. Nah, kalo belanja, itu gimana sejago-jagonya saya untuk melobi mama. Biasanya, mama lebih mudah diajakin beli makanan daripada barang. Itu agak masalah, soalnya saya suka makan, lebih tepatnya, lapar mata. Makanan yang dibeli harus habis. Kalau gak bisa ngabisin, berarti Faiz harus diikutsertakan dalam setiap perjalanan yang ada bagian makan-memakannya soalnya dialah tempat semua makanan yang tak habis bermuara.

Awalnya saya agak ragu untuk ikut atau tidak. Takutnya masih kuliah. Saya teringat suatu hal saat saya berada dalam dilema terdalam tentang liburan ini. Di dunia ini ada yang namanya Kalender Jadwal Kurikulum Semester. Semua jadwal perkuliahan ITB secara general tertera di sana. Langsung saya cari deh kalendernya. Ngomong-ngomong, kalendernya udah kerobek Faiz. Dia sotoy-sotoy gitu mau nempel kalendernya di kamar. Kan awalnya kalendernya digulung, pake kertas dan selotip gitu. Pas kertasnya mau dirobek, kalendernya ikutan kerobek. Sumpah ini kalender tingkat inisiatifnya tinggi amat. Robek sebelum waktunya. Terus saya marahin Faiz. Tapi ga tega udahnya. Abis Faiz baik banget sih.

Intinya, dari kalender tersebut saya tahu bahwa di waktu keberangkatan yang ditentukan bertepatan dengan liburan! Yey.

Pada hari-H, kami berangkat ke Jakarta menggunakan travel Cipaganti. Travel ini ada aksesorisnya, yaitu stop kontak. Saya sebut aksesoris karena ya cuma aksesoris, ga ada fungsi lain buat menyalurkan listrik. Saya gak bisa nge-charge iPhone saya. Daripada diem aja, ga bisa ngecharge iPhone, saya ngecharge badan aja. Saya tidur. Nggak pake selimut, soalnya gak pake bantal. Gak nyambung, soalnya gak ada kabel.

Sesampainya saya di bandara, saya turun dari travel dan menghirup nafas panjang. Liburan ini akan saya mulai. Berbeda dengan mama, turun travel, hal yang pertama beliau lakukan adalah…update status. Udah gitu salah lagi statusnya. Kan mama check-in gitu pake Facebook. Rencananya check-in di Bakmi GM, Bandara Soekarno-Hatta. Eh, malah pilih yang typo. Soekarna-Hatta. Mana keupdate-nya ga cuma di FB, langsung otomatis ke BBM juga. Kalau aku jadi mama, aku langsung mengkonfirmasi ke khalayak kalau BB aku dibajak Faiz. Atau BB-nya kan dimasukin ke saku celana jeans di bagian pantat pas lagi duduk kepencet, kebuka aplikasi Facebook, ke-scroll terus kepencet check-in. Atau pas lagi pipis di toilet bandara, BB-nya kecemplung dan tau-tau ngeupdate status sendiri. Nothing is impossible, right?

Senengnya ke Bandara Soetta itu, ada Beard Papa’s (di terminal tertentu). Sebagai penggila kue sus sejak TK karena kue ini suka ada di acara ulang tahun teman-teman, saya merasa adanya Beard Papa’s ini adalah revolusi di dunia kue sus. Kuenya hangat, lalu disuntikkan fla dingin rasa vanilla. WOW. Hidung saya terbelalak dan mata saya kembang kempis. Makan kue sus-nya Beard Papa’s itu salah satu momen life-changing bagi saya. Haha gak deng. Pokoknya, momen berharga deh. Walaupun tak semahal momen makan Pop Mie sambil duduk di dalam pesawat terbang. Mahal beli tiket pesawatnya.

Hari itu, aku memakai pakaian dengan gaya yang paling keren menurutku (pakai “aku” aja, ya, biar unyu). Aku memakai swater biru tua dengan motif-motif hati yang kecil berwarna pink. Tolong jangan bayangkan sweaterku itu sama dengan boxer putih bermotif love-love warna merah yang biasa ada di film-film, ya, aku mohon. Aku mohon dengan sangat (hm, kalimat ini kayak di film apa ya…lupa). Lalu, aku menggunakan celana panjang chino yang kubeli di temanku. Temanku ini mempunyai usaha konveksi jeans, namanya Trios Jeans. Harganya terbilang murah loh, sewaktu aku pesan, harganya 130ribu. Temanku bilang, itu harga persahabatan. Awalnya, aku sempat berpikir, semurah itukah harga jalinan persahabatan antara aku dan dia? Persahabatan yang diselingi suka dan duka? Persahabatan yang dirintis sejak dahulu kala?! Gak deng. Untuk alas kaki, aku menggunakan sepatu adidas warna ungu andalanku. Sepatu yang menemaniku dari zaman UAS Olahraga kelas 12 di SMA, hingga UAS Olahraga semester satu di era perkuliahan. Yap, inilah penampilan yang sekiranya dapat membedakan aku sebagai turis dengan calon TKW.

IMG_3871Ah-syik.

Perjalanan di udara tak terasa begitu lama. Aku habiskan waktu bengong dengan membaca novel yang ditulis Ika Natassa, A Very Yuppy Wedding. Tau gak sih lo? Ika Natassa resmi jadi salah satu penulis novel favoritku. Semua novelnya sudah aku lalap habis. Urutan aku membacanya, Antologi Rasa, Divortiare, Twivortiare, dan A Very Yuppy Wedding. Novel-novel ini memberiku gambaran tentang kehidupan orang-orang yang sudah benar-benar menginjak masa dewasa. Membayangkannya asyik juga. Oh iya, ada bagian di novel ini yang membahas tentang topik yang pernah diberikan oleh Pak Aurik, sang dosen IMSB. Tentang bisnis kelapa sawit gitu dan istilah-istilahnya kayak CPO, terus… hm…. apa ya… lupa. Pokoknya, ada dua kesimpulan yang bisa saya ambil dari kejadian unik nan mengejutkan ini. Ika Natassa memang belajar bisnis (karena dia seorang banker) atau Pak Aurik suka baca novel metropop karyanya Ika Natassa di waktu senggangnya setelah memberikan kuliah.

Selama liburan di Malaysia, 5 hari 4 malam, tiada hari tanpa makan, deh! Terus ada fakta menarik! Semua orang juga makan setiap hari. Kecuali mereka yang tidak berkecukupan. Mari doakan semoga makin berkurang orang yang kesusahan. Eh, semoga kita diberi kekuatan dan kesempatan dapat membantu orang yang kesusahan deh!

Pada hari pertama, kami sampai di Hotel Cititel sekitar jam delapan malam. Hotel kami ini berdempetan dengan Mall Midvalley. Macam Trans Hotel dengan Trans Studio Mall lah. Lalu, kami makan malam di food court mall ini. Oleh Uwa Amin, per orang dari kami mendapatkan 25 ringgit. Uang ini dibagikan setiap mau makan. Terserah mau dipake semuanya buat makan atau uangnya langsung dimakan juga terserah. Kalau dirupiahkan, 25 ringgit ini sekitar 75 ribu. Pada malam itu, saya memutuskan akhirnya untuk membeli makanan. Kalau minuman, kan ada Faiz yang beli teh tarik. Yes.

Hari kedua, kami menuju ke rumah Aa Farhan. Ngomong-ngomong kami di sana tidak berpergian sendirian. Ya iya, orang udah pake kata “kami” bukan “saya”. Nggak deng. Maksudnya, perjalanan kami di sana dipandu oleh Aa Farhan dan Abang Ain selaku event organizer. Bercanda deng. Masa EO jadi pemandu jalan, kan harusnya traveller guide. Nggak deng. Karena Aa Farhan dan Abang Ain yang sudah lama di Malaysia, makanya yang nganter ke mana-mana. Masa Dhila yang nganter. SIM aja baru punya, paspor aja baru dicap, braces gigi aja baru dibuka. Fyi, bagian ngomongin braces baru dibuka itu sebenernya mau pamer, gigi aku udah rapi.

Rumah Aa Farhan itu di Equinox, di daerah… ga tau daerah apa. Di mobil ketiduran. Sebenernya bukan naik mobil biasa, tetapi mobil van. Mobil van itu kalau Anda nggak tau, coba nonton film-film Amerika yang temanya penculikan atau action deh. Biasanya kan penjahatnya ngumpet di mobil van, nyiapin pistol, terus nembakin orang. Bukan nembak cewek. Nanti bukan film dong namanya, reality show “Katakan Cinta” yang populer di kalangan ABG tahun 2000-an. Tau kan, mobil van itu yang kayak gimana? Bilang tau, aku jadi pacar kamu. Bilang nggak tau, aku juga jadi pacar kamu. Ups, gara-gara saya juga angkatan 2000-an nih SD-nya, jadi pernah nonton “Katakan Cinta”.

IMG_3886Di dekat perumahan Aa Farhan. Semacam kawasan yang banyak chinese-nya.

IMG_3900The Mines. Ini mall, dan bisa ke dalam sini naik perahu.

Hari ketiga, tujuan pertama kami ke KLCC. Lihat menara kembar. Yang ngelahirin menara ini siapa ya, kok bisa kembar, dan tinggi-tinggi pula. Ujungnya menusuk ke angkasa. Sakit dong. Untung angkasa tidak bisa berdarah. Begitu sampai sana, pada ribet minta difoto. Sampai-sampai udah disuruh buru-buru sama Uwa Amin, aku belum kebagian, eh, ga ada yang mau gantian fotonya. Sampai aku bete. Tapi, akhirnya difotoin sama Mama sih. Yang susahnya tuh, ada satu Uwa yang ribet, belum difoto pas pake kacamata. Aku kan belum sama sekali. Kasian kan. Harusnya sih kasian. Haruskah aku minta-minta di jalanan Malaysia, sampai dikasi uang, lalu ditangkap polisi Malaysia, terus dikira TKW, dibalikin ke rumah majikan, baru kasihan? Terus sampai masuk TV di Indonesia, sebagai TKW yang berhasil kabur, karena dianggap TKW padahal bukan?

IMG_3946Ribet langsung foto-foto nih Mama, Aki, dan Uwa-Uwa (om atau tante dalam bahasa Sunda). Kalau dikasih option mau difoto pake kamera DSLR, kamera pocket, atau Blackberry, pasti pemenang mutlaknya itu Blackberry. Alasannya? Supaya bisa langsung tayang. Hadyu.

Setelah dari KLCC, kami geser pantat dan makan siang di Pavillion, daerah Bukit Bintang. Sesudahnya, kami jalan agak jauh, entah mau ke mana. Begitu sampai, ternyata kami ke stasiun monorail. Lalu, naik monorail dan turun di tempat awal kami berjalan. Cuma perjalanan ke satu stasiun doang. Satu menit juga kurang kali. Hahaha, yang penting naik monorail.

IMG_3949Bule lagi foto-foto, difoto.

IMG_3950Ibu-ibu lagi jalan nggak ingin aku foto, eh kefoto.

IMG_3954

IMG_3951Pahlawan pejuang mimpi-mimpi saya sejak TK, Doraemon.

IMG_3952Monorail.

IMG_3953H&M

IMG_3992Anaknya Teh Nadya, Omar & Salma. 

Omar ini suka main sama aku selama di sana. Hobi banget ngikutin dari belakang. Kalo aku lari, dia ngejar. Terus kalo Omar udah lari, susah berhentinya, jadi aku ditabraknya. Udah nabrak, dia ketawa sambil peluk-peluk. Coba aja ntar udah gede, udah bisa bawa mobil. Aku lari, dia bawa mobil. Gak direm. Hiii, ga mungkin lah ya. Pas duduk di mobil van, duduknya sebelahan sama aku. Omar ini pinter Bahasa Inggris. Kosa katanya udah banyak. Dia hafal nama buah-buahan, sayur-sayuran, bintang-bintang, dan planet. Selama mobil masih bergerak, Omar interogasi apa saja makanan kesukaanku. “Kamu suka lettuce ngga?”, “Kamu suka jackfruit ga? Itu loh, nangka. Aku suka banget jackfruit.”, “Kamu suka pomegranate nggak”. Aku aja sempat mikir dulu. Pomegranate iitu apaan ya, perasaan ada di iklan, TAPI IKLAN APAAAA? Tuh, nama iklannya aja ga inget. Apalagi pomegranate-nya. Kosa katanya yang banyak ini, kata Teh Nadya, Omar dapat dari nonton video di Youtube. WOW. Youtube sebagai sarana edukasi. Canggih sekali anak zaman sekarang. Dulu, aku belajar sumbernya dari…dari…komik Doraemon dan Conan gitu? Dari Majalah Bobo juga. Efek belajar dari komik, anak TK udah bisa pakai kata “kamuflase”, “asam sianida”, “pembunuhan berencana”, dan “baling-baling bambu”.

Hari keempat, ini hari jalan-jalan pakai mass transportation. Perjalanan hari ini khusus buat anak muda. Aku, Faiz, Teh Nadya, dan Mama. Kami, hari itu, naik KTM dan MRT. Tujuan utama jalan-jalan kami hari ini itu: H&M. Gara-gara aku penasaran, kemarin gak masuk sini. Cuma lewat saja. Tidak pakai permisi pula. Nah, hari itu, adalah hari bersejarah. Ngambil, ngambil, ngambil. Mama langsung nge-iya-in. Miracle! Aku bilang “Ma, di Indonesia belum ada ini. Kan, Dhila juga di Bandung jarang beli baju. Kuliah bajunya itu-itu aja”. Terus mama jawab, “Dhil, emang ada temen yang bilang karena baju Dhila itu-itu aja, Dhila ditegur terus ga boleh temenan sama mereka lagi? Gak kan?” Iya nggak sih, sampai sejauh ini belum ada yang bilang gitu. Tapi, ini antisipasi daripada hal yang kutakutkan ini tiba-tiba terjadi pada suatu hari di masa depan. Saat perputaran baju yang dipakai, semua orang udah hafal, bahkan enek, sampai ada yang muntah di depan aku. Gak mungkin juga sih. Kayaknya.

IMG_3983Teksi.

IMG_3982OMG, ini di dalam KTM.

IMG_3981OMFG, ini di stasiun KTM

Hari kelima, kami pulang. Ke bandara nyampenya pas-pasan udah boarding. Gak sempet ke Duty Free Shop. Tapi, aku nggak sedih. Soalnya, Papa yang baru nyampe Bandung sehari sebelum kami pulang, udah ngebawain oleh-oleh dari Duty Free Shop Qatar. Beli cokelat, seperti yang biasa Papa bawa kalau ke Bandung. Namun kali ini, bawa cokelatnya sama kayak yang ada iklannya di TV kabel, terus sama kayak cokelat yang pernah aku makan di rumahnya Athira, enaaaak banget.

Sekian laporan perjalanan liburan ke luar negeri (padahal cuma beda satu zona waktu saja). Wassalamualaikum.

Oh, iya terakhir.

IMG_3948Faiz, model kaus singlet

IMG_8987Mama, sang fotografer ekstrim. Yang penting Menara Petronas keliatan dari bawah sampai atas!


Posted

in

by

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *