Buka Puasa Main Kartu

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Alhamdulillah hari ini adalah hari ke-24 berpuasa. Sungguh waktu berpuasa tahun ini berjalan sangat cepat. Mungkin karena disibukkan oleh kegiatan sekolah, sanlat, dan tanding slopitch, lapar dan haus pun tidak terasa. Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, tahun ini tahunnya profesional!

Di bawah ini fotonya, tim WFB, Wartawan Foto Bandung, yang sebenernya ga ada di antara kami yang merupakan wartawan. Wartawannya malah main di tim Telkomsel. Tapi kami hebat loh, juara 3 di pool kami.

Setelah sekitar dua minggu yang lalu berbuka puasa bersama kelas IPA 6, kemarin saya berbuka puasa bersama Unggulan ’06. Unggulan ’06 adalah kelas saya waktu bersekolah di SD Negeri Banjarsari, yang tersaring dari SD 1 sampai SD 6, yang terdiri atas 35 murid.

Taunya, dari 35 murid, yang bisa dateng hanya 10 orang. Itupun seorang cuma dateng sebentar terus pergi lagi. Jadi yang dateng itu saya, Mentari Gita Pertiwi alias Toto, Rizka Dewi Zuleika alias Icrut atau Ica, Fadhilla Umami alias Dela, Tri Intani Puji Lestari alias Intan, Ilman Dzikri Ihsani alias Ilemano, Serian Trisetyo alias Buser, Hariadi Purnomo alias Buntelan Kentut *ups!* Adi, Irman Adhika, dan yang nongol sebentar terus pergi lagi, M. Ridwan Ramadhan.

***

Sore kala itu sangat panas sekali, saya memutuskan untuk tidak naik ojek ke SD, saya minta diantar mama naik mobil. Untungnya dago tidak terlalu macet, jadi perjalanan pun senang-senang saja.

Saat sampai tempat tujuan dedi dores mama, dengan diiringi doa restu mama, saya turun dari mobil dan menjelajahi sekolah untuk mencari makhluk yang saya sebut teman. Tidak perlu dicari ke semak-semak atau di balik pohon, ternyata mereka ada di tempat yang wajar. Ica dan Toto, itulah mereka. Mereka berjenis kelamin perempuan.

***

Saya klarifikasi, Toto itu bukan toilet yang berjenis kelamin perempuan. Toto itu manusia, sama seperti kita, kawan. Toto harus menerima nasib dipanggil sebagai Toto itu karena saya. Dulu saya mau manggil Mentari jadi Tamara atau Maejanah atau Blezinsky tuh kan kejauhan dari nama aslinya. Jadi ya udah, keep it simple and chic, Toto aja.

***

Setelah saya bertemu Ica dan Toto, kami bertiga masih harus bersusah payah, bersimbah darah, membuang sampah, untuk mencari Iltan, Ilman dan Intan. Dimanakah mereka berdua gerangan? Pelukismu agung, siapa gerangan?

Mereka ada di kelas 2 SD 3 rupanya. Saat kami, trio DhiCaToCu, Dhila Ica Toto Lucu, masuk ke dalam kelas tersebut, kami sangat terkejut! Untungnya tidak sampai pipis di celana, apalagi pipis di Toto. Kelasnya bagus banget! Beda banget saat jaman dulu kami bersekolah di sini. Kursi dan mejanya itu seorang satu. Nyaman banget. Waktu di reguler, sekelas bisa sampai enam puluh orang, duduk dempet-dempetan, panas dan keringatan, kalo ada yang ee di celana, wah udah itu sih menderita. Kalo kelas yang sekarang, di reguler aja cuma buat tiga puluh orang. Di kelasnya ada tiga kipas, di pinggir 2, yang besar 1 di tengah. Jadi 10 orang, 1 kipas kali ya kaidahnya. Lalu, ada dua dispenser! Satu dispenser disponsori Aqua, satu dispenser lagi bisa bikin air dingin dan panas! Wih udah paling asyik lah. Jangan-jangan saat tahun depan kami ke sini, di setiap kelas udah ada WC, terus tempat spa, dan rental PS lagi.

Kembali ke topik utama. Akhirnya kami berempat, DhiCaToCu dan Iltan, berkumpul. Ada desas desus bahwa Hariadi sudah sampai. Saya keluar dan menuju ke arah pintu teralis yang menghadap ke lapangan basket untuk mencari Adi. Siapa tahu ada di sana. Saya teriak, “HARIADIIIIIY!”. Tiba-tiba ada yang balas teriakan saya dari belakang, “APAA!”. Seketika saya menjerit “Kyaaaa!”. Rupanya dia sudah sampai di depan kelas, bukan berada di lapangan basket. Sampai basket, basah ketek, deh gara-gara kaget.

Serem ya.

Ibu Nurhayati, wali kelas kami di Unggulan, tidak dapat hadir di acara buka puasa kami. Jadi merchandise dan foto kelas yang harusnya diberi saat sore nanti, kami titipkan ke Mang Soma, Sang Penjaga Sekolah Berkumis Klimis. Kami sertakan pula secarik kertas yang berisi pesan dari kami, isinya:

“Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Salam lintah!

Seharusnya ibu datang ke acara buka puasa unggulan ’06, tetapi ibu tidak dapat datang. Menyedihkan.

Murid-muridmu yang terluka.”

Setelah menitipkan benda yang harusnya kami titipkan, kami menemui Serian yang ternyata sudah menanti kami di depan mesjid sekolah. Then, off we go!

Kami melangsungkan acara buka puasa ini di Makan-Makan. “Makan dimana?”, “Di Makan-Makan.”, “Wei maneh ngajak gelut ka urang? Dahar dimana?”, “Di Dahar-Dahar eh Makan-Makan.”. Hihihi *kesan seram*

Perhatikan foto di atas! Apakah dalam foto tersebut terdapat temannya si manis jembatan ancol yaitu si manis cigadung indah yang tak lain dan tak bukan adalah saya? Tidak ada. Saya bukannya lagi pipis di toilet atau pipis di pohon saat foto ini diambil. Tetapi sayalah orang yang mengambil foto ini dengan segala kemanisan hati saya.

Tahukah anda mengapa wajah-wajah di foto itu bersinar? Mungkin selain karena efek setelah berwudu, hal ini disebabkan ada lampu di atas mereka. Eh berarti bukan bersinar ya, memantulkan cahaya. Jadi mereka itu hanya bulan, yang dapat memantulkan cahaya, bukan matahari yang bersinar. Berhubung ada di antara kami yang bernama Mentari, nama lainnya matahari, ya sudah kita artikan saya sebagai provider handphone ya, bukan matahari. Soalnya kalau kata saya di foto itu mereka ibarat bulan, ya harus jadi bulan semua! Ga boleh ada yang jadi matahari, mentang-mentang namanya artinya matahari. Demikian.

Nah, di foto yang di atas, kami lagi sibuk main 24. Apakah permainan 24 itu gerangan? Jadi permainan ini mengharuskan kita berpikir, bagaimana caranya dari 4 kartu yang dibuka harus berjumlah 24. Caranya boleh dibagi, dikali, ditambah, dan dikurang. Ga boleh pake kalkulus ya. Kami sih mau pake kalkulus nanti aja kalo udah pada masuk ITB. Tahun pertama kan belajar kalkulus lagi. Eh tapi kalo aku sih kan nanti masuk SBM, jadi ga kebagian kalkulus. Jadi main 24-nya tetep pake kali, bagi, tambah, kurang aja deh.

Oh iya kembali ke peraturan permainan 24. Jadi jack, queen, dan king itu bernilai sepuluh. Kalau as itu bernilai 1. Sedangkan kartu lain ya sebagaimana angka yang tertera di kartu aja ya. Ga usah diganti-ganti ya, misalnya 2 diganti nilainya jadi 5, atau 5 diganti jadi 25. Percaya deh, nanti jadi ribet kalo diganti-ganti nanti ujung-ujungnya ga jadi main, malah berantem.

Ssst..tahukah anda? Sebenarnya saya males main 24 tuh. Abis ga gue banget gitu. Kalo aja namanya 25, ayo aja kalo main sampe malem takbiran atau lebaran juga. Eh jangan deng, kalo main sampe lebaran, bisa-bisa ga kebagian THR.

Biar mainnya tambah asyik, kami melibatkan uang juga loh! Gara-gara hal ini, Darsem sampe hampir dipancung di Arab Saudi! Ga deng. Uangnya buat bayar makanan dan minuman yang kami makan. Tapi foto di atas sensasional kan? Bisa aja tangan yang ada di foto tersebut dilacak dan diketahuilah bahwa tangan tersebut tangan temen saya. Jadi aja temen saya ditangkep soalnya dikira main judi. Untung bagian tubuh saya ga ada yang kefoto. Soalnya saya yang foto.

Nah nah nah saudara saudari sekalian, foto ini diambil saat kita mau bubar. Bukan buka bareng ya, tapi beneran bubar, pulang ke rumah masing-masing. Sayangnya, di foto ini ga ada Ridwan, abis dia sebentar banget datengnya, langsung pulang lagi. Dan sebelum pulang, dia melakukan hal yang sensasional dan menjurus ke arah menakutkan. Ridwan mengecup rambut Serian dengan mesra! Seketika itu pula hawa di sekitar meja kami berubah menjadi panas, atau dalam bahasa inggrisnya HOT!

Setelah selesai The Last Photoshoot, mirip-mirip The Last Supper gitu biar artistik namanya, saya langsung ngacir pulang. Serem banget udah malem sekitar jam sembilanan gitu. Saya naik angkot deket Taman Flexi, taman yang biasanya banyak anak geng dan yang paling menakutkannya itu, BANYAK BAN to the CI! Banci! Untungnya sih ga ada, aman-aman aja. Eh apa sebenernya ada ya, tapi ga keliatan? Semacam hantu banci gitu. Hantu banci kebanyakan matinya gara-gara mau nyuntik silikon ke hidung, eh kepeleset ke mata deh jadinya. Ih udah ah sadis banget!

Setelah naik angkot dan turun di simpang dago, saya melanjutkan perjalanan saya ke rumah dengan menggunakan ojek. Lalu sampailah saya di rumah jam setengah sepuluh malam dengan anggota badan yang utuh. Alhamdulillah.

Sekian cerita kehidupan saya kali ini, wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh!

Comments

One response to “Buka Puasa Main Kartu”

  1. mink-lizard Avatar

    as usual bikin ngakak =)) itu harusnya SD 6 ah dhil kelasnya. ntar jangan pulang sendirian lagi ya.. bsi ketemu banci beneran

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *