Categories
Curahan Hati

Selamat Subuh

Assalamualaikum, kawan.

Di subuh yang gelap ini, saya sedang duduk di atas kasur. Kasur saya tidak terletak di kamar saya sendiri, tetapi di kamar adik saya, Faiz. Saya adalah pengungsi. Walaupun saya pengungsi, status saya masih sama, belum kawin (tambahkan #teruskenapa di sini).

Mengapa saya tidak tidur di kamar sendiri dan malah jadi pengungsi, sih? Emangnya di dalam kamar saya ada bencana alam parsial sampai cuma kamar saya aja yang hancur sedangkan dari arah ruang makan, tepat di depan kamar saya, nampak pintu kamar yang masih sama seperti sedia kala? Ibarat “Anjing mengonggong, kafilah berlalu” Ga nyambung kan. Ga nyambung peribahasanya, kan.

Sebenarnya kamar saya dalam tahap renovasi. Sebentar lagi selesai kayaknya, tinggal bikin laci bawah panggung (panggung, bro, panggung! Kamarku adat Sumatera Utara, dong, makanya pake panggung. Biar ga ada binatang buas, seperti tikus dan kecoa bisa manjat. Kecoanya bisa masuk tapi harus kecoa pro yang bisa terbang), mindahin saklar listrik, dan masukin meubel.

Sekedar informasi, kamar saya yang baru nan fitri (edisi ramadan) ini dirancang oleh arsitek sekaligus pelatih softball putri Rusa Hitam yang fotonya ada di post sebelumnya, Aa Ishak Suriaatmaja. Beliau sudah berpengalaman dalam merombak kamar para mahasiswa kos-kosan yang menginginkan kamar yang unyu juga macho, sampai merenovasi satu rumah. Jadi sudah gak diragukan lagi, pasti kamarku lebih bagus daripada sebelumnya (ya masa ada yang direnovasi biar jadi lebih jelek, plis deh kakak).

Untuk meubelnya, nggak beli yang udah jadi di toko, tapi dibikin oleh tukang kayu bernama Pak Otom berdasarkan desain dari Aa. Lebih pas di hati, juga di harga, kan. Lagipula mengingat kamar saya yang tidak terlalu luas sedangkan meubel yang di toko itu rata-rata ukurannya besar, seperti lemari pakaian, meja rias, dan meja belajar, terkesan tidak memungkinkan untuk dipaksakan ditaruh dalam kamar saya. Nanti kalo beli yang udah jadi bisa-bisa furniturenya muat dalem kamar tidur, saya muat di kamar mandi. Kasihan kan. Apalagi ga punya bath tub, nanti cuma menangis sambil berendam dalam ember, lutut nempel sama hidung, sambil disirami air dingin dari shower yang nggak dipasangin water heater padahal tinggal di pegunungan. Menderita sekali. Cocok masuk FTV. Kalau saya pelihara naga, cocok masuk sinetron laga di indosiar. Legenda wanita ember yang mandi pake shower dengan air panas yang dipanaskan oleh api dari mulut naga peliharaannya. Setingkat lebih baik, lah.

Sekarang sudah hampir jam enam. Sekian dulu deh ceritanya, waktunya saya tidur lagi nih (mau elo tidur atau ga tidur, bukan urusan gue kali), kan harus hemat energi soalnya puasa. Nggak cuma lampu doang yang harus hemat energi. Kan ada lampu yang boros listrik, ada juga lampu yang hemat energi namanya lampu LED kan. Maka dari itu, saya merasa harus membuat akun twitter baru, @dhilaLED. Akun ini dipakai pas saya puasa aja, pas saya lagi hemat energi. Jadi, pas Anda liat akun ini, nggak akan ada tweetnya, soalnya untuk ngetweet itu pake tenaga, tenaga itu energi. Daripada buang-buang energi, makanya nggak usah ngetweet. Eh, berarti ga usah bikin akun twitternya juga, ya, buang-buang energi kan untuk sekedar sign up juga.

Ya, sudah deh. Tidur dulu, mari.

Wassalamualaikum.

Categories
Bebas

Foto: Buka Bersama Ricis dan Aa

Hey, yo!

“Ngomong sama jariku.”

Ansoi bilang, “WoooOOoooW!” Nuri bilang, “Emmm..”

The man who can’t be moved.

Terjadi dua pengambilan foto di sini.

Hai.

Categories
Babak Baru Kuliah

Review OSKM ITB 2012

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Hari ini adalah hari pertama liburan sekolah. Liburan Sekolah Bisnis Manajemen dong, liburan kuliahan! Wuhuu! Sebelum kegiatan kuliah dimulai tanggal 27 Agustus 2012. Tau gak sih lo, kegiatan saya selama lima hari kemarin diisi oleh kegiatan OSKM ITB 2012. OSKM ini adalah ospek fakultasnya ITB. Terus, tau gak sih lo, hari demi hari acaranya tuh makin asyik. Flownya naik gitu deh. Dari level “bunuh saja aku”, sampai ke level “ini tidak mungkin terjadi (versi positif)”.

Maba berbaris dan dimobilisasi menuju Sabuga melalui tunnel.

Hari pertama itu didominasi oleh kegiatan rektorat, yaitu Gladi Bersih Pelantikan Mahasiswa Baru. Bisa ditebak, kegiatan yang paling mendominasi hari itu adalah tidur.

Pemandangan paling keren setibanya kami di Sabuga.

Hari kedua, acara Pelantikan Mahasiswa Baru dong! Bisa ditebak (lagi), kegiatan yang paling mendominasi hari itu adalah tidur. Apalagi, SBM kebagian tempat duduk di Sabuganya bagian Utara paling atas. Saya kebagian di kursi tambahan. Kasihan. Namun, di tiap kejadian pasti ada hikmahnya. Kalau duduk di kursi biasa saat Anda tidur plus mangap bisa ketangkap kamera dengan jelas. Tidak hanya hantu saja ternyata yang bisa tertangkap oleh kamera. Selain itu juga, jika kamera mengarah ke arah kami berada, kami bisa dengan bebas berekspresi. Mau nari-nari, lompat-lompat bareng pocong yang tertangkap kamera, atau mau muntahin orang yang lagi tidur mangap di kursi biasa depan kami pun, ya , silakan aja. Kenapa? Soalnya yang keliatan cuma baju seragam putih dan kerudung (saya sih pakai kerudung) yang kami pakai, juga pocong yang tadi tertangkap kamera. Muka kami ga jelas.

Beberapa saat sebelum pelantikan.

Oh iya paginya, sebelum acara pelantikan, mahasiswa baru (maba) sudah dibagi per kelompok masing-masing. Saya tergabung dalam kelompok 70. Setelah acara pelantikan, maba berkumpul di kelompoknya masing-masing dan diberikan materi tentang membuat visi dan misi. Hal yang saya tangkap dalam pemberian materi yang disampaikan oleh Taplok (pembimbing kelompok gitu), yaitu dalam membuat visi, kita harus berdasarkan SMART. S, specific. M, measurable. A, achieveable. R, realistic. T, time-based. Jadi, jangan bikin visi “Bersahabat dengan semua makhluk ciptaan Allah.” Berarti makhluk halus juga keitung, bro. Boleh aja sih bikin visi seperti itu, tapi kalo emang kamu itu orang yang manggil pocong yang tadi tertangkap kamera di Sabuga. Sore hari, para maba diarahkan menuju ke ITB. Kami melewati tunnel yang menghubungkan antara ITB dan Sabuga, eh, Saraga deng lebih tepatnya — jadi sebelah timurnya Sabuga (Sasana Budaya Ganesha) itu ada Saraga (Sarana Olahraga [kalo ga salah]), Sabuga dan Saraga itu ibarat kakak-adik. Tahunya, setelah setengah jalan kami di tunnel, terdengar suara drum dan bass. Loh, harus banget gitu latihan band di terowongan bawah tanah? Ternyata untuk kebutuhan acara yang akan berlangsung berikutnya. Interaksi massa kampus. Hah, mampus. Baru mulainya aja udah dramatis banget. Benar saja, begitu keluar tunnel sudah ada ratusan massa kampus berteriak ke arah kami. Sudah ada spanduk bertuliskan, “Selamat Datang Putra-Putri Terberuntung Bangsa!” Merinding, bro, bacanya! Lalu, kami diteriaki sepanjang perjalanan kami. “Jangan bangga dulu jadi mahasiswa ITB, mana kontribusi kalian bagi rakyat!”, “Kalian tahu nggak harga beras sekarang berapa? Mana bisa jadi calon pemimpin global kalau keadaan Indonesia sekarang aja kalian gak tahu!” Selain ada teriakan macam tadi, ada juga yang “Senyumnya mana, Dek!”, lalu beberapa meter di depan diteriaki “Jangan cengegesan, Dek, perlebar langkahnya!” Huft. Sayangnya, kami disuruh berjalan cepat, jadi kurang hikmat gitu diteriakinnya. Tapi pas deng, kena banget pesan yang terkandung dalam acara interaksi massa kampus ini. Hari ketiga, agendanya itu observasi bersama kelompok terus ngerjain tugas pemberian dari yang maha kuasa di OSKM. Kelompok kami memilih Pasar Simpang Dago untuk menjadi tempat observasi. Sebenernya sih pengen observasi di Boscha aja, observasi luar angkasa gitu. Terus nanti akhir acara observasinya ditutup dengan bernyanyi bersama lagu “Ambilkan Bulan, Bu”. Sayang sekali, ternyata konteks yang diminta dari tugas observasi ini bukan itu.

Halo, Dek.

Sebagian dari kelompok 70.

Hari keempat, acara OSKM sebagian besar berlangsung di Sabuga. Ada dua seminar yang diadakan pada hari itu. Satu seminar diisi oleh enam orag pembicara yang merupakan mantan presiden KM ITB dan juga presiden KM ITB yang sekarang ini sedang menjabat. Masing-masing dari mereka mempresentasikan slide yang mereka buat dengan tema yang diangkat berbeda antara satu sama lain. Menarik sekali melihat cara pandang dari para presiden KM ITB dalam mengangkat masalah yang mereka bahas. Seminar berikutnya itu pembicaranya ada dua orang bapak-bapak. Saya kurang begitu memerhatikan. Hati saya sudah terbang jauh ke gak tau di mana. Di hari itu, ada de file OHU 2012 juga. OHU itu singkatan dari Open House Unit. Tujuh puluh unit (kalau gak salah) menunjukkan kebolehan masing-masing. Kalau kegakbolehannya sih gak ditunjukin, kan gak boleh. STOP, DHILA. Oke. Highlights of the day–hal yang bikin timeline penuh sama hal tersebut–adalah saat ada anak FTMD menyatakan cinta di atas panggung. Kayaknya harus banget banget banget kebangetan gitu deh saat itu juga dinyatakan. Dibooking lah istilahnya, soalnya nama ceweknya tuh disebutin. Sampai sebeginikah para maba FTMD harus bertindak–FTMD hampir bisa dibilang isinya cowok semua– sebab dunia persaingan jodoh di fakultas tersebut sebegitu sengitnya? Allah Mahatahu.

Percaya atau tidak, itu cowok yang diterbangin.

Yep, yep, yep. Kita harus move on ke hari berikutnya. Walau sulit, harus move on. Dunia ini akan terasa begitu jahanam apabila kita sulit move on. Jadi, mari move on.

Hari kelima, hari terakhir OSKM, pastinya jadi hari paling OMG WoOoW, kan.

Fajar menyingsing.

Melingkar.

Review materi.

Sepatu ungu yang berjasa selama matrikulasi hingga OSKM.

Di hari ini kami dibagi per fakultas / sekolah, lalu digiring menuju kandangnya masing-masing. Sebagai informasi tambahan nih, ya, acara ini tidak mengundang artis dari luar. Tidak ada vokalis band Nidji, Giring, walaupun ada acara penggiringan maba. Maaf, memang garing. Maba SBM treknya paling jauh. Dari ujung ke ujung. Tetap saja, api semangat kami sangat panjang tak berujung. Eh, api kan panas, ya, nggak panjang. Apa pula itu api yang panjang? Api aja boleeeeh. Kami dibariskan di depan GSG, Gedung Serba Guna. Lalu, kami disuruh tutup mata dan telinga. Kami pun menutup mata dan telinga. Sebenarnya saya agak jadi ga enak hati sih. Sebagai penikmat musik jazz, saya telah mengingkari sabda dari grup band Maliq & D’ Essentials, “buka mata, hati, telinga”. Namun, sebagai umat muslim yang harus kita patuhi adalah sabda dari Allah SWT dan rasul. Maka dari itu, woles aja, bro. Begitu disuruh buka mata dan telinga lagi, di sekeliling kami sudah ada para kakak angkatan yang tergabung dalam Keluarga Mahasiswa SBM. Acara kali ini adalah interaksi massa fakultas. Interaksinya dalam bentuk forum yang membahas tentang materi yang diberikan saat OSKM. Seru-seru serem gitu. Ada beberapa pernyataan yang diberikan oleh kakak angkatan dan juga teman seangkatan yang bikin tercengang banget. Ngeliatnya sampe speechless banget! Dari awal emang udah speechless deng, bengongful aja yang ada. Setelah forum selesai, kami disuruh tutup mata dan telinga lagi. Begitu buka mata, kami udah ada di pinggir jurang kehancuran. Bohong.

Cingogo. (hanya orang Sunda yang tahu)

Salat asar atau salat ied?

Nah, langsung aja nih, ya, ke acara yang rame berikutnya, Interaksi Massa Kampus Jilid Dua dengan V=0, gak gerak, men! Dari yang asalnya ngos-ngosan sambil jalan, ini ngos-ngosan di tempat. Gak sih. Kami 3400 maba yang terbagi dalam kelompok beranggotakan 24-an orang dikumpulkan menjadi barisan yang terdiri atas enam belas kelompok. Antara satu barisan besar dan barisan besar lain dipisahkan 25 meter lah kira-kira. Seperti biasa, kami disuruh tutup mata dan telinga lagi. Melek-melek di sekeliling kami ada massa kampus yang tergabung dalam boyband dan girlband. Bohong lagi. Mereka tergabung dalam himpunan dan unit. Yang mengelilingi barisan saya ada yang dari perminyakan, kelautan, fisika, renang dan polo air, dan lupa. Interaksi massa kampus ini sama seperti interaksi massa fakultas, dalam bentuk forum. Cuma, lebih serem aja gitu, soalnya bareng fakultas / sekolah lain dan dilihat oleh bermacam-macam himpunan dan unit juga. Jawabannya bervariasi ada yang keren, ada yang aneh-aneh, misalnya nih yang aneh, “Kami didoktrin, Kak. Sejak SMA kami dicekoki macam-macam dan kita harus menerima. Kalau saat kuliah kita bebas menentukan pilihan kami!” (Loh, kami? Sejak kapan aku dan kamu jadi kami?) Sontak saja, jawaban anak tersebut dibantai oleh massa kampus. Tau nggak, akhirnya saya jawab pertanyaan juga, loh, setelah tadi pas interaksi sebelumnya saya bengong. Walaupun singkat, yang penting jawab deh, berkontribusi. Sesuai dengan visi angkatan 2012 yang berbunyi, “Angkatan 2012 yang unggul, yang berkontibusi dengan sinergi kekeluargaan berdasarkan ketuhanan.” Pertanyaan yang saya jawab itu berasal dari muntahan jawaban sebelumnya. Awalnya, seorang massa kampus bertanya, “Kalau KM ITB gak ada, apa efeknya bagi masyarakat sekitar ITB, apakah mereka akan menangisi kalau KM ITB sudah nggak ada?” Terus ada yang disuruh jawab, kan ngacak gitu dipilihnya, “Nangis, kak, mereka akan menangis kalau KM ITB nggak ada!”, “Tahu dari mana kamu hah!” Wih rame, deh, langsung pada mencak-mencak. “Mana yang dari Bandung, bisa jawab nggak!” Merasa anak yang berdomisili di Bandung sejak SD, saya pun mengangkat tangan, berdiri, memperkenalkan nama, fakultas, dan status hubungan saat ini. Yang terakhir bohong. “Nggak, Kak, masyarakat sekitar ITB nggak akan menangis kalau KM ITB nggak ada, soalnya mereka aja nggak tahu kalau KM ITB itu apa!” Itu jawaban terjujur saya karena jujur saja, saya baru tahu istilah KM ITB pas OSKM. Setelah menjawab itu, duduk lagi aja. HORE! Jawaban paling singkat, padat, dan jelas saat interaksi massa kali itu. Terus, ya, terus, ya, saya juga mimpin Salam Ganesha sore itu! Wih, rasanya, tuh, merinding disko plus keroncong (karena lapar). Karena kebetulan barisan paling depannya itu di tempat saya berdiri, moderator forum tersebut ada di hadapan saya. Kan ditanya gitu, ya, “Siapa satu orang yang merasa paling berani di sini cepat maju ke depan!” Ada dua orang cowok maju. “Kalian bisa ngitung nggak? Satu orang!” Merasa bisa berhitung, salah satu di antara yang maju ke depan tadi balik lagi ke barisan. Disuruh lah yang satu orang itu untuk memimpin barisan kami untuk meneriakkan Salam Ganesha. “Depannya tuh kayak gimana kak, bisa dikasih tau ngga?” kata cowok itu bisik-bisik ke moderator. “Halah, kalo nggak tau sih udah sana ga usah aja!” ujar seorang massa kampus dengan tatapan mata tajam setajam silet buat nyukur bulu ketek. Akhirnya, tanpa pikir panjang saya maju. “Yakin bisa? Suaranya bisa keras nggak?”, “Keras, kak, udah biasa teriak manggil Faiz di rumah buat bunuhin kecoa di kamar mandi!” (gak jawab gitu ya sebenernya) “Untuk Tuhan, bangsa, dan almamater! Salam Ganeshaaaaaa… (enam harkat) Mulai!”

Bakti kami, untukmu, Tuhan, bangsa, dan almamater! Merdeka! Merdeka! Merdeka!

Balon terbang disertai euphoria.

Panji-panji.

Itu lampu bukan bulan.

Lampion terbang.

Sudah dulu ya. Sebenernya agak kecewa nih resolusi foto di post kali ini jelek. Maafkan. Akhir cerita ini silahkan diterka dari foto-foto di atas ya.

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.