Categories
Fakta

Diti Lagi, Sekarang Lengkap Keluarganya Juga Dibahas

Assalamualaikum warrahmatullahi wabarakatuh!

Assalatu wassalamu wa ala asrafil anbiya iwamursalin wa ala alihi wasrabbihi ajmail amma ba’du.

Dalam kesempatan saya kali ini, saya akan membahas tentang Diti dan keluarga bahagianya yang sakinah mawadah dan warahmahnya itu. Mereka tetap bahagia walau hidup bertiga. Okay, ini dia!

Kucing yang di atas itu namanya Diti atau singkatan dari Dhila dan Danti, kucing punya Aa. Baca post saya yang ini untuk lebih lengkapnya. Dia itu baru saja kembali dari perjalanan mengembaranya dia, lebih tepatnya mengembara mencari cinta. Karena menurut kesaksian Aa, Diti itu bulan lalu mengeong terus, udah gitu rada sombong pada majikan, dan anak-anaknya, Dicil dan Dior. Akhirnya Diti diizinkan dan diberi restu untuk keluar rumah dan mulai mengembara. Heey, jarang banget ada cewek, keluar sendirian, nyari cowok, buat langsung diajak kawin! Kawin ya, bukan nikah. Nikah dan kawin itu artinya berbeda. Makanya setelah tahu perbedaan nikah dan kawin, saya jadi suka geli kalo baca kartu undangan itu judulnya ‘Perkawinan’ bukan ‘Pernikahan’. Kenapa ga nikah? Soalnya ga ada kucing yang bisa jadi penghulu dan pake peci dan sarung, terus bisa tanda tangan di buku nikah, jadi aja langsung kawin ga pake nikah. Lagian belum ada orang maupun kucing yang bisnis janur kuning mini dan menyediakan katering makanan kucing di presmanan yang all you can eat. Jadi aja, ga ada kucing yang nikah.

Diti ditemukan di malam kedua setelah Kejurnas selesai. Menurut kesaksian Aa, Diti mengeong di daerah sekitar rumah Aa ketika Aa sedang keluar membeli nasi goreng. Aa memanggil “Diti!“. Diti pun langsung menghampiri dan mengeong seperti biasanya dia lakukan kalau dipanggil sebelum dia hilang mengembara mencari suami baru untuk memberinya anak. Keadaan Diti saat itu menyedihkan, kotor, dan dipenuhi rasa trauma. Diti agak meronta saat digendong Aa.  Aa pikir dia sensitif soalnya lagi hamil. Saat kembali ke rumah, Diti selalu menghindari anak-anaknya. Diti menjadi ibunda yang durhaka pada saat itu. Dicil dan Dior merasa seperti anak yang dibuang ibunya, tapi mereka kalem aja, soalnya mereka kan yang ngasih makan Aa, ga usah tergantung lagi minum susunya Diti. Jadi dijauhin Diti juga ga apa apa. Diti di hari-hari selanjutnya juga masih sulit ditemui walaupun ada di dalam rumah. Dia masih trauma, akan hal-hal yang menimpanya di luar sana, di luar pintu rumah.

Saat traumanya berangsur-angsur hilang, dan dia sudah mau digendong lagi sama Aa, Aa pun menyadari bahwa rahim Diti tak berisi. Tapi mungkin saja dia telah dihamili oleh seekor kucing jantan perkasa di luar sana, namun dengan berbagai cobaan dan rintangan yang tak mampu ditangkap akal manusia, dia keguguran. Atau mungkin ya dia memang janda yang udah ga laku, terus musim kawinnya keburu selesai. Kapan aja sih musim kawin? Saya juga ga tau. Yang saya tahu sekarang lagi musim durian.

“Ah aku ga hamil, aku ga hamil. Aku janda tinggal kabur suamiku, si kucing belang kuning. Aku trauma pergi keluar sana.  Di sana dingin dan kejam. Tidak seperti Aa yang hangat dan selalu memperbolehkan aku untuk tidur di kasur maupun di atas perutnya.”

Selanjutnya, kucing yang di atas ini namanya Dicil atau Diti Kecil. Dia itu anak Diti yang paling mirip dengan Diti. Mulai dari kebiasaan Diti yang langsung ‘ngeh’ kalo dipanggil Aa. Pasrah diapain aja kalo udah ketangkep. Warna kulit sama. Lucu. Penurut. Yah pokoknya like mother like daughter lah. Eh tunggu Dicil itu betina apa jantan ya? Betina aja deh kan mirip banget sama ibunya. Oh iya satu lagi, Dicil itu banci kamera! Begitu mau difoto pasti aja ngeliat dan pasang wajah imut, sama kayak ibunya. Tapi ibunya itu kan pasti betina, jadi bukan banci.

“Hai hai, aku Dicil. Aku agak teraniaya dengan kehadiran Dior. Dior itu saudara kandungku, saudara satu rahim. Walaupun begitu aku pikir Dior itu rakus. Kan Aa nyiapin 3 piring makanan, satu buat mamaku, satu buat aku, dan satu lagi ya buat si Dior anak kaskus eh rakus itu. Terus kan ya, aku lagi sibuk makan di piring makanan aku sendiri, tiba-tiba si Dior ikut makan lah di piring aku, padahal kan dia disediain sendiri. Terus ya udah aku pindah ke piring punya mama. Kan biar dilindungi sama mama. Tapi gara-gara mama kelaperan dan kayaknya terganggu sama kehadiran aku di piring makannya, akhirnya mama pindah ke piring Dior. Terus terus (ih aku hobi ya ngomong terus, abis aku ga pernah baca kamus bahasa Indonesia sih, jadi perbendaharaan kata-nya kurang) si Dior menor itu malah gangguin mama aku makan dong, dia pindah ke piring mama. Kasian mama. Tapi kan aku laper, jadi ya aku makan aja terus, ga ngajak sparing si Dior gara-gara kenakalannya gangguin aku dan mama. Terus akhirnya mama aku pasrah, beliau diem aja ngeliatin aku dan si Dior tanjidor itu makan. Mamaku mengalah. Menunggu kita kekenyangan dan memakan sisa makanan kita. Mama Diti maaf ya, aku kan masih kecil, jadi wajarlah ya Ma. Aku berjanji jikalau aku sudah dewasa nanti aku tetap begini, tak akan berubah. Tapi boong deng.”

Di bawah ini ada foto kucing, dialah Dior yang disindir Dicil dari tadi.

“Hola amigos! Gue Dior atau singkatan dari Diti Junior. Gue lebih mirip kayak bokap gue. Tubuh gue diselimuti rambut putih belang kuning. Attitude gue juga mirip sama bokap gue. Gue agak susah didekati oleh Aa majikanku. Itu bertujuan supaya gue terkesan misterius. Walaupun gue misterius gue kayaknya ga jenius. Kalo gue dipanggil Aa gue suka ga nyahut atau menghampiri, entah gue yang budek atau emang ini memang sesuai visi gue, ‘Misterius itu jalan kehidupan, misterius itu aku.’ Keren kan! Keren dan misterius lebih tepatnya. Nah sekarang gue mau klarifikasi nih tentang cara makan gue yang dikritik si Dicil tengil itu. Gue makan ikutan di piring doi tuh bukan karena rakus, tapi gue tuh mau nyiptain suasana kebersamaan antarsaudara. Tapi dasar ya, niat baik gue dianggapin yang jelek. Gue ngajak makan bareng lo malah ga mau, Cil. Jadi yang rakus itu siapa? Plis deh.”

Nah ini dia, majikan dari mereka bertiga, pelatih softball saya. Beliau baru saja pulih dari gejala thypus.


“Saya Aa Ishak Suriaatmaja. Saya penyayang kucing. Walaupun saya suka gemes sama kucing jadi saya remes kucingnya dan saya pelototi di depan muka sampai dianggap oleh Dhila dan Danti pokoknya semua anak didik saya itu adalah tindakan penganiayaan, saya tetap penyayang kucing. Saya punya metode baru dalam memberi makan Diti and her fams-nya itu. Jadi saya menyediakan 2 piring makanan kucing dekat kulkas. Tiga kucing itu langsung makan di dua piring itu. Lalu saya memanggil Diti, ibunya para anak kucing yang sering tak kebagian makan dan baru saja mengalami trauma, ke samping kulkas, namun tak terlihat oleh anak-anaknya karena agak jauh juga lokasinya. Diti memang kucing cerdas. Dia selalu menghampiri saya saat saya panggil. Dia bagai handphone yang dilengkapi oleh voice recognition. Ehem, maklum saya suka membaca tabloid Pulsa, jadi paham tentang handphone. Dan saya beri dia satu piring makanan kucing, jadi dia akan bebas makan sendiri tanpa diganggu anak-anaknya, terutama si Dior. Dior itu rakus. Seingatnya saya tidak pernah mengajarkan dia seperti itu. Tapi memang dia itu gennya lebih ke bapaknya yang kucing garong, jadi ya sifatnya yang itu harus dimaklumi.”

“Eaaa guys, lo ketemu lagi sama gue, Danti Rahmiati Siregar! Gue sebagai pengamat kucing menetapkan bahwa Dicil adalah kucing yang lucu. Saya senang sekali dengan kucing. Tapi kucing kesayangan gue udah meninggal dunia. Namanya adalah Kamalina Wing Zero One. Saya sedih dengan kematian dia, dia keracunan makanan. Kenapa sih ga gue aja yang keracunaaaan!”

(ga gitu juga sih ya, Dan?)



Categories
Berkelana

Sudah Setahun Berlalu

Sekarang saya sudah mau naik kelas 11. Umur saya sudah bertambah jadi 16. Saya sudah berani tidur di kamar sendiri. Saya merasa sangat senang. Di kamar bisa nonton tv dengan channel yang aku mau, ga usah rebutan sama Faiz. Selama setahun ini, Spongebob Squarepants, Backyardigans, Chalkzone, dan Dora the Explorer, setia berbising-bising ria menemani gue mandi, karena sunyi itu not so me banget. Jadwal tayang yang jam 05.30 – 06.00 itu ganti-ganti filmnya, sedangkan jam 06.00-06.30 itu yang diputar Spongebob terus. Karena saya mandi dan pakai baju selama kurang lebih setengah jam, alhasil yang paling nempel ceritanya dan menyatu karakternya dengan diri saya itu ya Spongebob. Ketawa aku jadi mirip Spongebob, dan sulit sekali diubah. Saya sudah nyaman dengan cara Spongebob tertawa.

Kalau semester kemarin saya dapat ranking 2, pada semester ini saya kurang yakin dapat mempertahankan ranking itu, karena pada semester genap ini saya seringkali merasakan bahwa saya sedang dalam titik jenuh tertinggi, paling puncak, paling atas. Ada tugas bawaannya stres, pengen kapan-kapan aja dikerjainnya. Sabtu dan Minggu itu adalah hari kebebasan saya. Dalam dua hari itu saya giat menekuni hobi saya yaitu softball. Softball has already taken a part in my life.

Ini teman-teman baru saya dalam lingkungan persoftballan. Jabar, jabar, kahiji! Alhamdulillah aku terpilih masuk tim Jabar di Kejurnas Junior Softball-Baseball 2010. Terus juara ke-2 deh. Harusnya bisa jadi ke-1, andai saja ada tim yang tidak menghalalkan segala cara mengubah peraturan dan menjegal satu pemain yang harusnya bisa jadi pemain Jabar. Ya sudahlah. Allahu akbar!

Before the chaos

After the chaos (aaah aku terjatuh!)

Nah ini tentang event-event sama X-5.

Kemarin-kemarin ini aku pergi ke kebun binatang sama Annisa Dila Frida dan Nurul Indah Sofia. Waktu itu kita lagi nunggu hasil UKK, remed apa ngga. Karena di sekolah ga ada binatang, jadi kita ke kebun binatang. Kalo ke perpustakaan nanti malah ketemu bukunya Chairil Anwar yang ngaku-ngaku kalau dia itu binatang jalang. Kita kan pengennya liat binatang asli, yang kayak di buku biologi gitu.

Saat sampai di kebun binatang, tampaknya kedua temanku itu senang sekali, tampak girang, seperti kembali ke alam bebas, seperti kembali ke habitat mereka dulu. Aku pun ikut senang dan memaklumi ada satu diantara temanku itu sangat antusias bertemu siamang dan menirukan suara siamang. Mungkin dia lupa bagaimana cara dia berkomunikasi dengan kerabat jauhnya itu. Maklum, kalau di sekolah kita berbicara pakai bahasa Indonesia, kita juga harus berbicara yang sopan, tidak berteriak-teriak sepanjang waktu seperti siamang, apalagi ketika ujian, kita harus diam. Sekali saja berteriak-teriak seperti siamang, mang-mang satpam akan menghampirimu dan menyeretmu keluar dari bangku ujian saat itu juga.

“Hei, aku kangguru, bukan siamang.”

Terus tuh, yang menjadi sasaran kita setelah melihat-lihat penghuni kebun binatang dan bertemu siamang itu naik bebek yang dimodifikasi sedemikian rupa, punggungnya dibolongi, tubuhnya dicat, dipasangi pedal untuk kita goes, dan bisa didudukin oleh tiga anak SMA yang sudah dalam masa pubertas. Bebek itu pasrah saja kita naiki, kita cuma bayar tiga ribu rupiah seorang, untuk sekali putaran. Sayangnya, satu kali putaran tak cukup, kita sewa dia untuk dua putaran. Karena dia itu benda mati, dia pasrah saja kita naiki. Toh, kalo sudah kesal paling-paling dia retak dan akhirnya bocor, air masuk ke dalam dek, dan dia berhasil menenggelamkan kami bertiga, siswi SMA cantik jelita yang belum tahu ada pelajaran yang harus diremedial atau tidak.

“Wooohoo, naik bebek, bebek, bebek aiiiiir.”

Oh iya nih, saya mau cerita tentang Purwakarta. Nurul itu seneng banget udah ke Kebun Binatang, soalnya di Purwakarta kampung halamannya ga ada. Dan katanya juga, di Purwakarta itu cuma ada satu toserba. Jadi bayangkan betapa berdesakannya orang di dalam toserba untuk memenuhi seluruh orang Purwakarta. Di Purwakarta juga katanya itu ada sepanjang jalan dari ujung ke ujung jualan simping semua. Maklum simping itu makanan khas Purwakarta dan pasti banyak turis yang beli buat oleh-oleh. Saya tambahkan, Nurul adalah gadis makmur anak juragan simping! Hebat sekali. Merek simpingnya itu “RANURI” singkatan dari Ravi, Nurul, Rian, alias anak-anak dari bapak Iwan Hermawan (kalo tidak salah, berarti benar). Bisnis simping ini mampu memberi penghasilan kepada warga sekitar yang belum mempunyai pekerjaan dan akhirnya diajak bisnis simping. Banggalah saya menjadi teman anak juragan simping yang mampu memajukan taraf hidup warga sekitarnya.

Selesai dari kebun binatang, kita balik lagi ke sekolah. Foto-foto dulu, mengabadikan momen-momen terakhir. Nah ini dia wajah siswi-siswi X-5, tapi cuma sebagian. Eh itu ada siamang kefoto. Ga deng. Boong.

Chika ngeliat kemana tuh, perasaan kamera yang motoin cuma ada satu.

Besok-besoknya, ada acara nonton bareng gitu. Nonton The Karate Kid. Pas begitu aku dateng ke Ciwalk, di J.Co ada manekin hidup gitu, jadi aja saya foto. Kan aneh, jarang-jarang di Bandung ada, paling ada di Bali yang per 15 menit dibayar seratus ribu.

“Pro chiz, taste better” eh maksudnya “Cheese!”

Sepuluh lima, udah setahun nih ya ga kerasa. Udah kelas dua kita mencar deh. Mencar-mencar cari pacar. Naon atuh ey.

Categories
Bebas

JABAR!



Categories
Bebas

{bit.art.book}

Hey hey heyaa! Ini adalah review dari {bit.art.book} alias birthday art book, yang saya terima dari bibi saya, yang meletakkan buku ini di atas mac. Buku ini dia peroleh dari tukang pos yang kerjanya mengirimkan surat-surat yang ditempeli perangko yang sudah di cap oleh petugas kantor pos. Tukang pos mengirimkan surat karena tuntutan bosnya, karena bosnya akan memberi gaji kalau dia mengirim surat-surat itu setiap hari selama satu bulan. Tak ada yang tahu kalau sebenarnya mungkin di dalam lubuk hati tukang pos itu dia ingin menjadi dokter. Tapi dia juga pasti mengetahui kesamaan fungsi dari tukang pos dan dokter yaitu dokter menyembuhkan orang sakit dan  tukang pos menyembuhkan hati yang rindu dengan surat yang dia antarkan.

Straight to the point which I want to say, buku ini diberikan oleh Adzanti Adenan, Danti Rahmiati, dan adik dari Raden Mochamad Rizky Zulfikar yaitu Rizka Dewi Zuleika.

Buku ini keren sekali, namun tidak cocok untuk segala usia, hanya untuk yang berusia 16 tahun, dan tidak untuk konsumsi umum kecuali Fadhila Hasna Athaya.

Buku ini memiliki keanehan! Pada bagian Basa Basi Busuk, sejenis kata pengantar, ada statement yang menurut pengakuan mereka bertiga bahwa buku ini telah ditawari untuk dimasukkan pada rekor MURI (GBGGSL) atau Museum Rekor Ih (Gila Gaul Banget Ga Sih Lo). Keanehan bukan pada keajaiban buku ini akan dimasukkan pada museum rekor, karena buku ini memang layak dimasukkan pada rekor, tapi pada singkatannya. Harusnya GGBGSL bukan GBGGSL atau namanya akan berubah menjadi Gila Banget Gaul Ga Sih Lo bukan Gila Gaul Banget Ga sih Lo. Berarti jika singkatannya GBGGSL, berarti menekankan pada kegilaan yang kebangetan. Kalau GBGGSL, berarti menekankan pada kegaulan yang kebangetan. Tapi sih sama aja ya, cuma saya saja melebih-lebihkan hal ini. Bukan kesalahan fatal kok. Kesalahan yang fatal itu bisa merebaknya video mesum Ariel, Luna Maya, dan Cut Tari di kalangan masyarakat.

Oh iya, saya kan juga suka ngaskus, tapi saya kurang tahu mengapa di kalangan kaskuser nampaknya Roy Suryo itu tidak disukai. Jadi penasaran deh. Tapi pasti anda, para pembaca, lebih penasaran dengan isi buku yang mereka bertiga berikan pada saya sebagai kado dirgahayu saya yang ke-16.

Di buku ini dibagi menjadi 3 bagian utama. Yaitu artwork Adzan!, Dan!, dan Rizk!, begitu mereka menamakan bab itu dengan ciri mereka dalam buku ini.

Nah, yang jadi favorit saya itu yang ini nih:

Yang atas tuh bikinan Adzanti Adenan. Keren banget ya! Ih suka deh, gimana ya cara bikin yang kaya beginian. Sepertinya aliran seni menggambar Adzanti yang diterapkan pada artwork ini adalah aliran air bawah tanah yang dicampur aliran macan putih dari China. Hm, sungguh pengamatan yang jeli oleh Fadhila Hasna Athaya.

Yang di pohon ini, bikinan Danti Rahmiati Siregar. Lihatlah betapa telatennya dia menulis angka 25 dengan spidol merah. Ketelatenan mungkin sudah menjadi ciri khusus dari orang-orang yang bermargakan Siregar. Marga Siregar, Danti dapatkan dari ayahanda beliau yang berasal dari Padang Sidempuan.

Nah yang full dengan pensil di atas ini bikinan Rizka Dewi Zuleika. Yang paling aku suka tuh yang barcodenya. Nomor barcodenya tuh ya, AKU BANGEET. Ehehehe. AKU BANGEET. Ehehehehe. AKU BANGEET. Ehehehehe. Motif-motifnya juga keren. Tapi aku paling ga suka tuh motif bunuh diri karena kesulitan hidup yang bertubi-tubi. Ingatlah! Allah itu memberikan kesulitan yang pasti bisa kita atasi, sesuai dengan kemampuan umatnya. Buat apa sih bunuh diri. Kalau kamu bunuh diri dengan cara melompat dari gedung lantai 25, maka di akhirat selamanya kamu akan mendapat siksaan lompat dari lantai 25, ya intinya disiksa dengan metode yang sama saat kamu membunuh diri kamu sendiri. JANGAN MENDZALIMI DIRI SENDIRI.

Tulisan-tulisan yang ada di gambar di atas ini adalah lirik lagu “Kokoronotomo”, which is one of my favorite song to sing in karaoke pub, after Celine Dion’s “My Heart Will Go On”. Inilah alasan mengapa ada gambar anak perempuan bernyanyi dengan mic dengan suara yang indah nan merdu.

Sip deh! Saya sudah menepati janji sebagai mana tertulis dalam {bit.art.book}. Misi ini yang kemarin-kemarin belum sempat terlaksana karena saya mengikuti Kejurnas Junior Softball, Ulangan Kenaikan Kelas, dan juga mood yang tak dapat dikompromi, akhirnya tercapai! Wuuuuh!

Big thanks for the present ya Adzanti, Danti, Rizka! Ini handmade present yang paling keren yang pernah gue terima! Semoga bisa jadi seniman sukses ya!